UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

KOREA – USKUP KUNJUNGI PEMIMPIN TERTINGGI BUDDHA PADA WAISAK, BERDISKUSI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP

Mei 9, 2008

Seorang Uskup Korea yang menjadi anggota Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama mengunjungi pimpinan tertinggi Buddha dan menyampaikan pesan dari Vatikan untuk hari raya Waisak, yang menawarkan kerjasama antara umat Buddha dan Umat Kristen untuk melindungi lingkungan hidup.

 Umat Buddha di Korea Selatan tahun ini akan memperingati hari raya Waisak pada 12 Mei, dalam rangka memperingati hari kelahiran Buddha.

 Pada 8 Mei, Uskup Auksilier Kwangju Mgr Hyginus Kim Hee-joong membalas kunjungan kehormatan pada Yang Mulia Heacho, pimpinan tertinggi Ordo Taego, sekte terbesar kedua di Korea. Ordo Jogye, sekte Buddha terbesar, memiliki sekitar 13.500 biksu.

 Dalam kunjungannya ke Kuil Seonamsa di Suncheon, 290 kilometer selatan Seoul, Uskup Kim mengatakan kepada Biksu Heacho bahwa dia telah menerima e-mail dari Vatikan pada hari itu yang isinya “mengucapkan selamat kepada anda dan kepada semua umat Buddha.”

 “Pesan e-mail itu juga mengatakan bahwa paus meminta semua orang bekerjasama untuk memelihara lingkungan hidup,” kata uskup, ketua Komisi Persatuan Umat Kristen dan Dialog Antaragama dari Konferensi Waligereja Korea.

 Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama, yang untuknya Uskup Kim ditunjuk oleh Paus Benediktus XVI Oktober lalu, mengeluarkan pesan Waisak pada 25 April, yang berjudul “Umat Kristen dan Umat Buddha: Peduli Terhadap Planet Bumi.”

 Seonamsa, kuil tertua dan terbesar Ordo Taego, adalah tempat pimpinan tertingginya tinggal. Didirikan di Gunung Jogye pada tahun 529, Ordo Taego berbeda pendapat dengan Ordo Jogye dalam hal mengijinkan para biksu untuk menikah dan membangun keluarga. Menurut laporan ada sekitar 40 persen biksu yang menikah.  

 Sebelum bertemu dengan Yang Mulia Haecho di kediamannya di gunung itu, Uskup Kim membungkuk sebanyak tiga kali di depan sebuah patung Buddha di ruangan utama kuil itu. “Pengunjung membungkuk sebanyak tiga kali merupakan salah satu tradisi Buddha,” kata Yang Mulia Bubhyun, direktur pertukaran dan kerja sama dari ordo itu. Di ruangan berukuran tujuh meter persegi dari Yang Mulia Haecho, pimpinan Buddha dan Katolik saling memberi hormat dengan membungkuk.    

 Dalam kunjungan itu, Uskup Kim menghadiahkan Yang Mulia Haecho sebuah Kitab Suci berbahasa Korea yang diterjemahkan tahun 2005, dan sebuah ukiran kayu yang menggambarkan Perjamuan Malam Terakhir. Sebagai balasan, Yang Mulia Haecho memberi Uskup Kim tiga buah kaligrafi yang dibuatnya sendiri.

 Mengacu pada pernyataan salah satu dari mereka, yang mengatakan “Segalanya Berasal Dari Satu Sumber,” biksu itu mengatakan bahwa kata-kata ini mengandung pengertian yang sama seperti pesan dari Vatikan.

 Pesan dari Vatikan mengakui bahwa Umat Kristen dan umat Buddha selalu menghargai alam dan mengajarkan manusia untuk memelihara bumi dengan penuh rasa syukur. Dikatakan bahwa perubahan iklim merupakan masalah besar yang perlu diperhatikan oleh setiap orang.

 Secara praktis, pesan itu mengajak umat Kristen dan umat Buddha dapat lebih bekerjasama dalam penghematan energi dan pencegahan pemusnahan makhluk hidup.

 Yang Mulia Kyungdam, biksu utama kuil itu, mengatakan kepada UCA News bahwa agama Buddha selalu menunjukkan perhatian besar terhadap lingkungan hidup, dan umat Buddha setempat bersedia untuk bekerjasama dalam memelihara lingkungan hidup.

 Dia mengatakan bahwa kunjungan Uskup Kim ke Ordo Taego, setelah mengunjungi Ordo Jogye tahun lalu, menunjukkan adanya saling pertukaran yang semakin luas antara Gereja Katolik dengan umat Buddha setempat. Pada Mei 2007, Uskup Kim mengunjungi Yang Mulia Jikwan, pimpinan tertinggi Ordo Jogye. Peristiwa tersebut merupakan kunjungan resmi pertama oleh seorang wakil waligereja Korea kepada sebuah ordo Buddha.

 Pastor Augustine Lee Jeong-joo, salah satu anggota Komisi Antaragama dari Konferensi Waligereja Korea, yang mendampingi Uskup Kim, juga berbicara dengan UCA News tentang kunjungan yang baru saja dilakukan, di mana dia mendampingi Uskup Kim. Kunjungan itu merupakan sebuah langkah untuk dialog dan kerukunan yang lebih mendalam dengan umat Buddha setempat.

 Suster Sabina Oh Sae-hyang, ketua Asosiasi Superior Religius Wanita Korea, juga mendampingi Uskup Kim. Dia setuju bahwa kedua agama memiliki kesempatan untuk bekerja sama dalam melestarikan alam.

 Beberapa hari sebelum kunjungan itu, tepatnya pada 6 Mei, Nicholas Kardinal Cheong Jin-suk dari Seoul menyampaikan sebuah pesan bahwa “bila umat Buddha dan umat Kristen saling menghormati, masyarakat kita akan menjadi semakin cerdas dan sehat.”

 Pada 11 Mei, Uskup Daejeon Mgr Lazzaro You Heung-sik juga mengunjungi kuil Buddha di Daejeon, 140 kilometer selatan Seoul, untuk menyampaikan pesan Waisak dari Vatikan kepada pemimpin kuil itu.

 Sejak tahun 2000, para uskup Korea telah mengeluarkan pesan kepada umat Buddha setempat dan beberapa kali mengadakan kunjungan pribadi ke kuil Buddha pada saat Waisak. Sebagai balasan, umat Buddha menyampaikan pesan Paskah dan Natal kepada umat Kristen.

 Umat Buddha di seluruh dunia merayakan Waisak pada tanggal yang berbeda–beda, beberapa secara serempak memperingati pencerahan dan kematian Buddha. 

END

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi