UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

INDONESIA – “Berbagi Lima Roti dan Dua Ikan” Ditekankan Pada Kongres Ekaristi Pertama

Juli 11, 2008

AMBARAWA, Jawa Tengah (UCAN) — “Berbagi Lima Roti dan Dua Ikan” adalah tema kongres Ekaristi pertama Keuskupan Agung Semarang, yang bertujuan untuk memperdalam pemahaman umat Katolik tentang Ekaristi dan rasa hormat mereka terhadap Ekaristi.

Sekitar 800 umat Katolik — imam, kaum religius, orang tua, dewasa, remaja, anak-anak — yang mewakili semua 80 paroki di keuskupan agung itu menghadiri kongres 27-29 Juni yang digelar di kompleks Gua Maria di Kerep, Ambarawa, tersebut.

Pastor Johannes Maria Trilaksyanta Pujasumarta, bekas vikjen Keuskupan Agung Semarang dan kini uskup terpilih Bandung, memimpin Misa pembukaan di Paroki St. Yosef di Ambarawa. Peserta kemudian mengikuti prosesi Sakramen Mahakudus sejauh 1,5 kilometer menuju Gua Maria itu untuk adorasi Ekaristi dan jaga bakti.

Hari berikutnya, orang tua dan dewasa mengikuti seminar berbeda dengan masing-masing tema “Hidup Berbagi: Tinjauan Biblis, Teologis, dan Liturgis” dan “Masihkah Kaum Muda Mau Berbagi?”

Sementara itu, remaja dan anak-anak mengikuti sebuah kegiatan outdoor yang diadakan oleh Youth Center Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Semarang.

Lalu, orang tua dan dewasa berkumpul untuk sebuah seminar lainnya, kali ini tentang “Ekaristi dan Spiritualitas Berbagi,” dan kemudian membahas dalam beberapa kelompok tiga pertanyaan utama: Kesan dan makna apa yang mereka dapat dari kongres? Apa yang akan mereka lakukan secara pribadi setelah kembali ke tempat mereka masing-masing? Apa yang akan mereka buat bersama umat paroki mereka masing-masing? Sebuah pertunjukan seni dan jaga bakti menutup hari itu.

Uskup Agung Semarang Mgr Ignatius Suharyo memimpin Misa penutup bersama Uskup (terpilih) Pujasumarta, pensiunan Uskup Franciscus Xaverius Hadisumarta OCarm dan lebih dari 30 imam. Lebih dari 4.000 umat Katolik lainnya bergabung bersama peserta kongres untuk liturgi Sabtu tersebut.

Dalam homilinya, Uskup Agung Suharyo mengatakan bahwa kongres itu merupakan yang pertama di keuskupan agung. Ia juga menegaskan kembali apa yang ditulis Uskup (terpilih) Pujasumarta dalam buku panduan Misa, yang menyebutkan bahwa umat Katolik hendaknya memaknai Ekaristi sebagai sebuah momen untuk mengawali karya atau kegiatan yang ditujukan kepada sesamanya.

“Ekaristi, sebagai gerakan liturgis, hendaknya menjadi gerakan solidaritas agar damai liturgis menjadi damai politis sehingga terbentuklah jembatan antara orang kaya dan ‘Lazarus’ yang miskin,” demikian buku panduan Misa tersebut.

Uskup terpilih itu menulis bahwa kalimat berbahasa Latin “Ite, missa est” (pergilah, kalian diutus), yang mengakhiri Misa dan dari mana istilah “Misa” muncul, hendaknya menjadi “daya dorong” bagi umat Katolik untuk berbuat sesuatu secara nyata dan bermakna bagi sesamanya. “Tanpa itu, semangat Kristus untuk berbagi diri-Nya dalam Ekaristi bagi segenap umat yang dikasihi dan diselamatkan-Nya berhenti hanya sampai di dalam ritus ibadat.”

Merujuk pada tema kongres, ia mengatakan bahwa kisah Injil tentang Yesus memberi makan begitu banyak orang dengan lima roti dan dua ikan yang dikumpulkan dari umat “bisa menjadi sumber inspirasi untuk berbuat nyata … gerakan solidaritas yang berdaya di kalangan masyarakat akar rumput.”

Gerakan semacam itu, lanjutnya, harus dilakukan berdasarkan rasa hormat terhadap sesama dan cinta kepada Allah. “Tetapi hendaknya selalu diingat, gerakan berbagi ini bukanlah semata-mata suatu proyek yang dimintakan dana pada pihak lain, melainkan buah keterlibatan yang didanai secara swadaya baik pribadi maupun bersama.”

Berbicara kepada UCA News seusai acara tersebut, Pastor Emmanuel Martasudjita, ketua Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang, menjelaskan bahwa kongres Ekaristi merupakan sebuah pertemuan umat beriman yang ingin memperdalam pemahaman mereka tentang Ekaristi dan rasa hormat mereka terhadap Ekaristi dari segi liturgis, teologis, pastoral, yuridis, ekumenis, dan spiritual.

Beberapa peserta berbagi pengalaman mereka dengan UCA News.

Suster Maria Pauline mengakui bahwa ia senang mengikuti kongres itu, “karena ini merupakan peristiwa langka yang amat sayang kalau sampai terlewatkan.” Biarawati Fransiskan itu juga mengatakan bahwa ia tersentuh oleh prosesi itu. “Saya menyaksikan betapa umat sangat hormat kepada Tuhan.”

Cyrilla Kinanthi Werdiningsih dari Paroki Hati Kudus Yesus di Purwodadi, timur Semarang, mengatakan bahwa kongres itu menyenangkan. Ia berterimakasih kepada panitia penyelenggara yang telah meningkatkan pemahamannya tentang Ekaristi. “Mudah-mudahan ini memicu semangat saya untuk semakin rajin ikut Ekaristi.”

Sementara kongres berlangsung, setiap paroki diminta untuk mengadakan adorasi Ekaristi dan ibadat tobat. Sebelumnya, umat paroki diminta mendoakan novena khusus untuk keberhasilan kongres tersebut.

END

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi