UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

INDONESIA – Sekolah yang Dikelola LSM Mengajarkan Islam yang Otentik kepada Umat dari Semua Agama

September 30, 2008

SLEMAN, DIY (UCAN) — Sebuah lembaga yang dikelola LSM baru-baru ini menyelesaikan kursus pertama tentang Islam yang otentik kepada masyarakat dari berbagai agama.

Institute for Multiculturalism and Pluralism Studies (IMPULSE) mengadakan Sekolah Islam Rakyat (SIR) tahap pertama pada setiap Sabtu dari 2 Agustus hingga 20 September. Tokoh Katolik dan Muslim mendirikan IMPULSE tanggal 1 November 2006, sebagai organisasi nir laba.

Sebanyak 16 Katolik, Muslim dan Protestan menghadiri sekolah delapan pertemuan itu di Gedung IMPULSE di kompleks Percekatan dan Penerbitan Kanisius yang dikelola Serikat Yesus (SJ) di Sleman, Yogyakarta.

Pastor Joannes Berchmans Heru Prakosa SJ, seorang Islamolog, adalah satu dari tujuh instruktur kursus itu yang memberikan ceramah dan juga menggunakan  sharing-sharing  serta diskusi-diskusi untuk memperkenalkan Islam sebagai Rahmatan lil ‘Alamin (berkat bagi dunia).

Kurikulum itu membantu menjelaskan bagaimana Islam menghadapi sinkretisme dan multikulturalime, kemungkinan-kemungkinan sosial, rakyat pinggiran, kerusakan lingkungan, demokrasi dan gerakan sipil, serta Islam kontemporer.

Menurut direktur IMPULSE Gutomo Priyatmono, SIR diluncurkan karena banyak warga Muslim dan non Muslim di dalam dan di luar Indonesia kini berbicara tentang Islam.

Ia menjelaskan kepada UCA News pada Agustus bahwa kekerasan di Irak dan Afghanistan, serta tragedi 11 September  2001, yang menyerang Gedung WTC di Amerika Serikat selalu mempersalahkan Islam. Ini membuat umat Islam dirugikan, dan bisa menghambat proses terciptanya saling pengertian, saling menghargai dan kerjasama antar umat beriman, dan kalau ini dibiarkan akan terjadi kesalahpahaman, kecurigaan, dan ketidakrukunan yang pada gilirannya berbuah konflik antar umat beriman.”

Jumlah peserta untuk kursus pertama adalah “sangat sedikit,” kata Pryatmono mengakui, “namun bagi kami yang penting adalah berlangsungnya proses penyadaran. Mudah-mudahan lewat mereka, angin yang kami hembuskan ini bisa terus bertiup. Kami yakin itu sebab para peserta kursus ini heterogen dan memiliki kompetensi seperti aktivis LSM, dosen, guru, mahasiswa bahkan anggota angkatan bersenjata.” Ia menambahkan bahwa ”kami siap membantu dan memfasilitasi” usaha-usaha mereka.

Rindang Farihah, ibu Muslim berusia 30 tahun, mengatakan kepada UCA News tanggal 20 September ia bergabung dengan kursus itu karena ia berpikir kaum Muslim dan non Muslim saat ini membutuhkan “semacam pencerahan. Mereka membutuhkan gambaran yang benar tentang Islam” untuk mencegah kekerasan berbasis agama. Wanita itu mengatakan ia menemukan bahwa para instruktur sekolah itu adalah ”para expert” dalam bidangnya.

Farihah, aktif di Pusat Layanan Informasi Perempuan Mitra Wacana yang berbasis di Yogyakarta. Ia berjanji membagikan apa yang telah ia pelajari dan perlu bergandengan dengan para tokoh agama dan pengurus PKK.

Robertus Suwarnia, seorang peserta Katolik, mengatakan ia datang ke sekolah itu untuk memperbaiki pemahamannya tentang Islam. Suwarnia, yang aktif di Partai Kasih Demokrasi Indonesia itu, menggarisbawahi pentingnya sekolah itu dengan mengatakan sejumlah umat Muslim “masih menampakan sikap yang tidak mencerminkan bahwa Islam itu otentik.”

Menurut website IMPULSE (www.impulse.or.id), tahap kedua sekolah itu akan mulai tanggal 15 Oktober. Masing-masing peserta membayar 300.000 rupiah mencakup biaya materi kursus dan sertifikat.

END

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi