- UCAN Indonesia - https://indonesia.ucanews.com -

VIETNAM – Uskup Minta Keuskupan Prioritaskan Pelatihan Personil

KON TUM, Vietnam (UCAN) — Pemimpin sebuah keuskupan di Vietnam tengah, yang 160 tahun lalu para misionaris memperkenalkan Injil kepada kelompok-kelompok masyarakat suku, mendesak umat Katolik setempat untuk lebih banyak memperhatikan pelatihan para imam, religius, dan pelayan awam lokal.

Sekitar 1.500 katekis, atau yao phu, dan 3.500 umat Katolik lokal etnis Kinh (etnis mayoritas orang Vietnam) dan komunitas-komunitas etnis minoritas menghadiri acara penutupan tahun yubileum pada 14 November. Tahun yubileum ini diadakan untuk memperingati 100 tahun Pusat Cuenot bagi yao phu.

Pusat yang didirikan oleh Uskup Kontum Mgr Martial Jannin pada 7 Januari 1908 itu mendidik ratusan katekis muda dari berbagai etnis minoritas yang bekerja dan menginjili warga desa mereka di daerah-daerah terpencil. Tiga imam dari etnis Bahnar dan dua imam dari etnis Kinh bergantian memimpin pusat itu sejak dibuka hingga tahun 1977, ketika pemerintah komunis menyitanya. Sejak itu, pusat itu digunakan sebagai sekolah pendidikan guru negeri.

Uskup Kontum Mgr Michael Hoang Duc Oanh memimpin Misa konselebrasi untuk menutup tahun yubileum itu di Katedral Maria Dikandung tanpa Noda di Kon Tum, 1.260 kilometer selatan Ha Noi, bersama uskup pensiunan Mgr Pierre Tran Thanh Chung dan 170 imam.

Dalam Misa khusus itu, Uskup Oanh menahbiskan 12 imam, suatu rekor bagi keuskupan itu sejak para imam Misi Asing Paris (MEP) memperkenalkan agama Katolik bagi kelompok-kelompok masyarakat suku setempat tahun 1848.

Gereja lokal itu merayakan 100 tahun Pusat Cuenot dan 160 tahun masyarakat setempat menerima Kabar Gembira, “namun tak satupun dari para imam yang baru ditahbiskan itu berasal dari keluarga masyarakat suku. Mereka semua berasal dari  keuskupan-keuskupan lain,” kata Uskup Oanh kepada umat. “Saya merasa sangat sedih.”

Dengan mengatakan bahwa prioritas utama dan mendesak dari Gereja setempat adalah mendidik para imam, religius, dan yao phu, prelatus itu mendorong umat Katolik setempat untuk bekerja sama dengan Gereja dan memberi sumbangan bagi karya pendidikan dan pengembangan panggilan.

Prelatus berusia 70 tahun itu juga meminta umat Katolik untuk berdoa bagi pemerintah agar segera mengembalikan Pusat Cuenot kepada Gereja setempat. “Kita berharap bahwa di masa depan Gereja dan pemerintah akan menemukan cara yang tepat untuk menyelesaikan persoalan itu, karena pusat itu kini berusia 100 tahun,” katanya.

Pusat yang terletak dekat katedral itu diberi nama dari Santo Stephen Theodore Cuenot, vikaris apostolik Cochin dan kemudian Eastern Cochin tahun 1840-61. Keuskupan Quy Nhon, yang didirikan tahun 1960, berasal dari vikariat itu. Uskup dari MEP itu wafat di penjara pada 14 November 1861, dan Paus Yohanes Paulus II menjadikannya santo pada 19 Juni 1988, sebagai satu dari 117 Martir Vietnam. Santo yang martir itu mengirim para misionaris untuk memelopori evangelisasi di daerah yang kini menjadi Keuskupan Kontum, dan dia menjadi pelindung para katekis warga suku.

Satu sumber Gereja lokal mengatakan kepada UCA News bahwa selama tahun yubileum yang dimulai 14 November 2007 hingga 14 November 2008, katekis warga suku berjumlah 1.425 orang termasuk 123 yang pernah belajar di Pusat Cuenot dan kemudian melanjutkan di seminari keuskupan yang mengadakan kursus 18 jam bagi mereka. Di seminari itu, mereka belajar Kitab Suci, sejarah dan aturan berkenaan dengan yao phu, serta sejarah keuskupan. Selain belajar, mereka juga berbagi pengalaman karya pastoral dan mengunjungi tempat-tempat yang punya sejarah Gereja.

Sumber itu bercerita bahwa setelah reunifikasi di bawah penguasa komunis tahun 1975, para misionaris asing dipaksa meninggalkan Vietnam serta banyak imam dan yao phu asal Vietnam dipenjarakan atau dibuang untuk menjalani kerja paksa dan dilarang melakukan evangelisasi. Para katekis warga suku berusaha mengajar agama, doa, dan puji-pujian di desa-desa mereka. Banyak dari mereka harus mengadakan perjalanan yang jauh, bahkan ada yang harus menempuh ratusan kilometer untuk datang ke paroki-paroki yang punya imam tetap untuk mengambil komuni dan membawanya untuk warga desa mereka..

Karena kebutuhan-kebutuhan pastoral meningkat, Gereja lokal melatih warga desa kelompok etnis minoritas, termasuk kaum wanita, untuk menjadi yao phu di paroki-paroki. Sekitar 1.300 yao phu telah dilatih dengan cara ini, lanjut sumber itu.

Hwiang, seorang warga etnis Se Dang, mengatakan kepada UCA News bahwa dia dan tiga yao phu lainnya melayani 500 warga desa. Ayah enam anak itu mengatakan, dia mengajar agama dan meminta warga melakukan hal-hal baik dan menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk.

Pada hari sebelum Misa yubileum itu, Uskup Oanh memimpin sebuah Misa khusus di gereja Plei Rohai bersama para katekis dan imam-imam lokal bagi para yao phu yang sudah meninggal.

Keuskupan Kontum memiliki 244.000 umat Katolik, 140.000 dari mereka berasal dari kelompok-kelompok etnis minoritas, yang berada di antara 1,4 juta penduduk di wilayah seluas 25.000 kilometer persegi itu. Umat itu dilayani oleh 76 imam, termasuk 12 imam baru itu, serta 352 bruder dan suster.

END