UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

VATIKAN – Paus dan Pejabat-Pejabat Vatikan Menghormati Mendiang Kardinal Korea

Pebruari 18, 2009

KOTA VATIKAN (UCAN) — Paus Benediktus XVI mengungkapkan kesedihannya yang mendalam ketika tahu tentang kematian Stephen Kardinal Kim Sou-hwan asal Korea. Dalam sebuah telegram kepada Nicholas Kardinal Cheong Jin-suk dari Seoul, paus juga mengungkapkan turut berdukacita kepadanya dan kepada “semua umat Katolik Korea Selatan.”

Kardinal Kim, kardinal pertama Korea, wafat di usia lanjut pada 16 Februari di Seoul. Dia berusia 86 tahun.

Dalam pesannya, Paus mengungkapkan terima kasih atas bertahun-tahun pengabdian Kardinal Kim terhadap umat Katolik di Seoul dan bantuannya bertahun-tahun — sebagai anggota Kolegialitas Para Kardinal — kepada paus.

Paus berdoa “bahwa Allah, Bapa kita yang penuh belas kasihan, menganugerahkan pahala atas karyanya dan menerima arwahnya yang mulia ke dalam kebahagiaan dan kedamaian Kerajaan Allah.”

Paus juga mengungkapkan rasa turut berbelasungkawa kepada sanak saudara dari Kardinal Kim dan kepada “segenap umat yang menghadiri Misa mulia pemakaman Kristen,” serta memberi berkat kepausannya kepada mereka semua.

Para pejabat Vatikan, termasuk sekretaris negara Vatikan yaitu Tarcisio Kardinal Bertone kembali mengulangi rasa kesedihan paus itu. Mereka mengatakan, Kardinal Kim, salah satu pemimpin spiritual besar dari Asia bukan saja memberi kontribusi penting bagi umat Katolik Korea – yang berkembang enam kali lipat dalam kepemimpinannya – tetapi kepada semua rakyat Korea Selatan, Gereja Asia, dan dunia.

Uskup agung asal Sri Lanka Mgr Malcolm Ranjith, sekretaris Kongregasi Vatikan untuk Ibadat Ilahi dan Sakramen, mengatakan bahwa “Kardinal Kim adalah seorang yang baik yang memberi pengaruh luar biasa bagi masyarakat Korea umumnya melalui teladan spiritual dan otoritas moralnya.”

Dia mengatakan, “Dalam Gereja Katolik Korea yang sedang berkembang, Kardinal Kim muncul sebagai seorang penggerak bagi pemikiran baru di negara itu ketika negara itu muncul dari sebuah perang yang mengerikan dan – pada saat yang sama – masyarakat Korea baru mulai menemukan agama Kristen.”

Kardinal Kim mengambil “sebuah tempat sentral” dalam masyarakat Korea, katanya, “saat dia menempatkan landasan moral yang tinggi dan menjadi suara keras menentang para diktator militer dan ketidakadilam politik.”

Dia juga bercerita bahwa Kardinal Kim adalah salah satu pendiri Federasi Konferensi-Konferensi Waligereja Asia, bersama para pemimpin Gereja Asia lainnya termasuk Thomas Kardinal Benjamin Cooray dari Sri Lanka, Valerian Kardinal Gracias dari India, dan Jaime Kardinal Sin dari Filipina, semuanya kini sudah meninggal.

Pada 17 Februari, “L’Osservatore Romano,” harian Vatikan, menurunkan sebuah artikel panjang yang memberi kilas balik dari tokoh Gereja ini yang dijadikan kardinal Korea pertama oleh Paus Paulus VI tahun 1969. Sebagai kardinal termuda pertama di dunia, Kardinal Kim ikut dalam dua konklav tahun 1978 untuk memilih paus. Kardinal Kim juga adalah satu dari dua anggota paling lama dalam Kolegialitas Kardinal.

Harian Vatikan itu memaparkan bagaimana ketika menjadi uskup agung Seoul tahun 1968, dia membarui struktur keuskupan sesuai semangat Konsili Vatikan Kedua (1962-1965). Dia juga mengintensifkan karya evangelisasi dan sangat terlibat dalam kerasulan awam.

Kardinal Kim memberi “perhatian khusus terhadap tuntutan dialog dengan penganut non-Kristen,” tulis harian Vatikan itu, sambil memuji “keberaniannya yang luar biasa” dalam membela hak asasi manusia dan hal para buruh. Kardinal Kim juga secara keras membela perkawinan dan keluarga, dalam menghadapi berbagai ancaman kontemporer, demikian pengamatan harian Vatikan itu.

END

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi