UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

VATIKAN – Paus Mendorong Ditemukan Kembali “Dasar-Dasar untuk Pengharapan” dalam Paskah

April 13, 2009

KOTA VATIKAN (UCAN) — Kristus telah menghancurkan perangkap kematian atas manusia, namun “terlalu banyak tanda” kuasa kematian tetap ada dewasa ini, kata Paus Benediktus XVI dalam pesan Paskahnya untuk dunia.

“Sangatlah mendesak untuk menemukan kembali dasar-dasar pengharapan” dalam sebuah dunia yang manusianya menderita kekurangan makanan, krisis finansial, kemiskinan, perubahan iklim, kekerasan, dan terorisme, katanya pada Hari Minggu Paskah, ketika berbicara dari balkon Basilika Santo Petrus.

Dia lebih jauh mengidentifikasi “fakta historis” kebangkitan Kristus sebagai alasan sentral mengapa manusia di abad ke-21 ini bisa memiliki pengharapan.

Khalayak sekitar 100.000 orang termasuk para peziarah dari seluruh dunia memenuhi Lapangan Santo Petrus untuk mendengar pesan tradisional “Urbi et Orbi” untuk masyarakat Roma (urbi) dan umat manusia di dunia (orbi). Kata-kata pesan paus itu ditayangkan televisi dan disiarkan oleh radio kepada pendengar global yang lebih besar lagi, yang diperkirakan bisa mencapai 2 miliar manusia.

“Sekalipun Kristus telah menghancurkan akar kejahatan,” kata paus, “Kristus masih ingin bantuan manusia di setiap waktu dan tempat, yang membantu-Nya untuk menunjukkan kepastian kemenangan-Nya dengan menggunakan senjata-senjata-Nya sendiri: senjata keadilan dan kebenaran, belas kasihan, pengampunan, dan cinta.”

Ini adalah pesan inti, yang kata Paus Benediktus, telah disampaikannya kepada masyarakat Afrika dalam kunjungannya ke Kamerun dan Angola bulan lalu. Dia menekankan pentingnya pengharapan dan tindakan di Afrika, yang “secara tidak proporsional menderita karena brutalitas dan konflik yang tak pernah berhenti, yang sering dilupakan, bahwa semua itu mengakibatkan sedemikian banyak pertumpahan darah dan pengrusakan di beberapa negara Afrika.” Paus juga menunjukkan “jumlah yang terus bertambah dari putra-putri Afrika yang yang menjadi korban kelaparan, kemiskinan, dan penyakit.”

Paus juga berencana untuk “mengulangi pesan yang sama” dalam kunjungannya ke Tanah Suci yang akan dilakukan 8-15 Mei. Dia ingin menyampaikan kepada masyarakat di sana bahwa “rekonsiliasi – sulit tapi perlu – merupakan syarat untuk suatu masa depan keamanan menyeluruh dan kebersamaan penuh kedamaian, ini hanya bisa dicapai melalui usaha-usaha tulus, berkelanjutan, dan terus diperbarui untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina.”

Melihat dunia yang lebih luas, Paus Benediktus menegaskan bahwa pesan itu sama sahnya pada suatu skala global.

“Pada saat dunia mengalami kekurangan pangan, krisis finansial, bentuk lama dan baru dari kemiskinan, perubahan iklim yang mengganggu, kekerasan, dan kelaparan yang memaksa banyak orang meninggalkan tanah airnya untuk mencari penghidupan yang lebih menentu, ancaman terorisme yang kini terus terjadi, kekhawatiran yang terus meningkat akan masa depan, maka sangatlah mendesak untuk menemukan kembali dasar-dasar untuk pengharapan,” tegasnya.

Mewartakan tentang kebangkitan Kristus, lanjut paus, juga memberi pengharapan bagi orang-orang yang terperangkap dalam “materialisme dan nihilisme,” atau yang terikat pada “sebuah visi tentang dunia yang tidak mampu melampaui apa yang secara ilmiah dapat diverifikasi, dan dengan sedih mundur ke dalam kehampaan yang dikira merupakan nasib terakhir kehidupan manusia.”

Gereja “ingin berbagi pengharapan ini dengan semua orang di segala tempat, dan terutama di tempat orang Kristen yang menderita penganiayaan karena iman mereka dan komitmen mereka akan keadilan dan kedamaian,” kata Paus Benediktus.

Sejumlah pengamat menafsirkan ini sebagai sebuah rujukan tak langsung ke penderitaan umat Kristen di berbagai tempat termasuk Cina dan India. Paus ingin agar situasi di kedua negara itu mendapat perhatian, dengan meminta seorang prelatus asal Cina dan seorang prelatus asal India untuk menulis renungan Jalan Salib di Coliseum di Roma, masing-masing untuk tahun lalu dan tahun ini.

Paus Benediktus memimpin kedua Jalan Salib itu pada Jumat Agung, sebagaimana perayaan-perayaan agung lainnya pada Pekan Suci tahun ini. Dalam Malam Paskah selama tiga jam pada 11 April, paus membaptis lima orang dewasa termasuk seorang perempuan Cina, Rita Shi Yu Lan.

Pesan “Urbi et Orbi” itu menutup kegiatan-kegiatan sejak Minggu Palem, hari Minggu sebelum Paskah. Paus Benediktus, yang akan merayakan hari ulang tahunnya ke-82 pada 16 April dan akan memasuki tahun kelima dia menjadi paus pada 19 April, menyampaikan selamat Paskah dalam 63 bahasa. Bahasa-bahasa itu, antara lain: Bengali, Kamboja, Cina, Filipino, Hindi, Indonesia, Jepang, Korea, Malayalam, Mongolia, Myanmar, Sinhala, Tamil, Thai, Urdu, dan Vietnam. ***

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi