- UCAN Indonesia - https://indonesia.ucanews.com -

INDONESIA – Pudjowati 40 Tahun Membantu Orang Sakit Jiwa

JAKARTA (UCAN) — Di bawah hujan deras maupun terik matahari Angelic Dolly Pudjowati berjalan tanpa kenal lelah menyusuri jalanan Jakarta untuk mencari orang-orang sakit jiwa yang membutuhkan uluran tangannya.

Dia mencari mereka di stasiun Kereta Api, kolong jembatan, pasar, dan terminal. Dan ketika dia menemukan mereka, dia membawa mereka ke sebuah rumah penampungan sementara milik Yayasan Griya Malaikat yang dia bangun 40 tahun lalu.

“Saya merawat mereka dengan dibantu beberapa sukarelawan,” ujar Pudjowati, 56,  pada saat membagikan pengalamannya dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa se-Dunia bulan Oktober lalu di Gereja St. Theresia Jakarta.

Setelah dirawat di penampungan sementara di Bekasi, Jawa Barat, para pasien kemudian dikirim ke pusat rehabilitasi swasta juga di Jawa Barat sampai mereka sembuh.

Dalam blog pribadinya, Pudjowati bercerita bahwa dia mulai menekuni pelayanan ini sejak dia berusia 9 tahun. Hal itu berawal tatkala dia melihat ayahnya berbincang-bincang dan menolong seorang pria yang mengalami depresi.

Dia mengaku sangat terkesan dengan apa yang dilakukan ayahnya. Kemudian dia menyadari bahwa dirinya memiliki bakat terpendam. Dia merasa terpanggil untuk membantu orang yang mengalami penderitaan secara mental dan emosional setelah dia berbicara dan membantu teman-temannya di sekolah yang mengalami tindak kekerasan oleh kerabat mereka.

Pengalaman-pengalaman seperti ini mendorong dia untuk mendirikan Yayasan Griya Malaikat pada tanggal 23 November 1969.

Sejak saat itulah dia terus mencari orang-orang sakit jiwa di pasar, kolong jembatan, terminal bis, stasiun kereta api, dan tempat-tempat lainnya di Jakarta.

“Saya ingin melayani Yesus dengan memperlakukan mereka yang ditinggalkan secara manusiawi,” tambahnya. Kerja kerasnya kemudian dikenal luas. Kadang-kadang kerabat dari orang-orang sakit jiwa mendatangi dia.

Pudjowati menuturkan bagaimana seorang wanita datang ke kantor yayasan meminta bantuan untuk menangani anaknya yang berusia 34 tahun yang mengalami stres sejak dia bercerai dari istrinya tiga tahun lalu. Dia dirawat di sebuah rumah sakit jiwa.

Ketika wanita yang bernama Win itu menjenguk putranya, dia mendapati anaknya ‘telanjang dan dirantai”. Petugas rumah sakit jiwa tersebut beralasan, beberapa pasien memang harus dirantai supaya tidak berkelahi dengan pasien lain, atau supaya tidak melarikan diri.

Menurut Pudjowati, kendati kadang-kadang perlu  mengekang para pasien, namun itu harus bersifat sementara saja. “Metode yang paling manusiawi adalah menempatkan mereka di kamar-kamar yang memenuhi standar kesehatan,” jelasnya kepada UCA News.

Win mengaku dia tidak bisa membayar biaya Rp. 250.000 kepada rumah sakit jiwa tersebut dan meminta bantuan Pudjowati.  Pada akhirnya Pudjowati memindahkan anak Win ke pusat rehabilitasi swasta.

Bagian dari pekerjaannya adalah mengunjungi pasien di rumah mereka. Lima hari dalam sepekan dia bersama relawan mengunjungi lebih dari 200 pasien di Jakarta, Bekasi dan beberapa wilayah lainnya.

“Kami memberi mereka obat-obatan. Juga memberikan pengarahan kepada keluarga mereka tentang cara merawat dan berkomuniaksi dengan mereka,” kata Pudjowati.

Romo Thomas Aquino Rochadi Widagdo, selaku pembimbing rohani di yayasan tersebut, memuji Pudjowati. “Dia menyalami mereka, memandikan mereka dan memberi mereka makan,” katanya.

Diperkirakan sudah lebih dari 1.000 pasien telah ditangani oleh yayasan ini selama 40 tahun.