UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Serangan terhadap gereja tinggi selama 100 hari SBY

Pebruari 2, 2010

Serangan terhadap gereja tinggi selama 100 hari SBY

JAKARTA (CathNews) — Para pemimpin Katolik dan Protestan menyalahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas penyerangan terhadap beberapa gereja baru-baru ini. Mereka menilai ia gagal menegakkan kebebasan beragama selama 100 hari pertama jabatannya pada periode kedua.

Presiden SBY terpilih kembali tahun lalu, dan memulai masa jabatanya untuk lima tahun ke depan pada 20 Oktober.

”Program 100 hari Yudhoyono “tidak jelas,” kata para pemimpin Kristen.     “Jumlah kasus-kasus serangan gereja meningkat. Delapan belas gereja Katolik dan Protestan diserang, termasuk serangan-serangan dan pembakaran di gereja-gereja Protestan di Sumatera Utara,” kata Pastor Antonius Benny Susetyo, sekretaris eksekutif Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).

Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dan Gereja Pentekosta di Kabupaten Padang Lawas, Provinsi Sumatera Utara, dibakar pada 23 Januari oleh kelompok-kelompok yang memprotes kegiatan keagamaan yang diadakan di kedua gereja itu.

Yudhoyono dianggap kurang mendorong menteri agama yang memimpin sekarang. “Menteri agama berasal dari orang partai sehingga ia lebih mempedulikan partainya. Beda dengan menteri-menteri sebelumnya yang bukan dari partai sehingga mereka bisa fokus pada tugas, ” kata Pastor Susetyo.

Dia juga menyesalkan bahwa Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) baik di tingkat pusat maupun daerah tidak bisa bekerja dengan baik karena manajemen yang buruk.

Pendeta Gomar Gultom, sekretaris umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), juga menyalahkan Yudhoyono atas penyerangan gereja.

“Saya mendapat kesan bahwa aksi penutupan dan penyerangan gereja-gereja itu dibiarkan,” katanya kepada UCA News.

Ia mengamati bahwa dalam program 100 hari pertamanya, Yudhoyono gagal mengambil tindakan hukum terhadap para pelaku. “Aksi itu jelas melanggar hak asasi manusia,” katanya.

Pendeta Gultom juga mengkritik program dialog antaragama yang diselenggarakan oleh kementerian agama. Dia mengatakan bahwa dialog itu hanya terjadi di tingkat elit dan tidak menyentuh masyarakat bawah.

“Kelompok di akar rumput harus diberdayakan untuk memahami hukum sehingga mereka tidak melakukan kekerasan,” tambahnya.

Karena itu, dia menyarankan agar pemerintah pusat bertindak tegas dengan memanfaatkan undang-undang yang ada untuk menangani berbagai kasus kekerasan.

Pastor Nikolaus Johanes Haryanto SJ, sekjen Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) melaporkan selama 100 hari pertama pemerintahan Yudhoyono ada 20 kasus penyerangan gereja  dan penyerangan terhadap para penganut tertentu yang dianggap sebagai sesat.

“Ini melanggar hak asasi manusia dan pemerintah melegalkan aksi itu serta tidak menghormati keyakinan orang,” katanya kepada UCA News.

ICRP telah menyerahkan rekomendasi tentang berbagai kasus kekerasan sektarian kepada Yudhoyono, namun belum ada tanggapan. “Saya tidak berharap terlalu banyak dengan pemerintah. Bagi saya, yang paling penting adalah mendidik masyarakat sipil tentang pluralisme,” katanya.

Theopilus Bela, sekjen Indonesia Committee on Religion for Peace (IComRP), juga mengatakan bahwa penyerangan terhadap gereja-gereja itu akibat kelalaian Yudhoyono. “Dia orang yang baik, tetapi lemah. Dia tidak bertindak tegas terhadap kelompok-kelompok radikal dan pihak berwenang setempat yang melakukan kekerasan.”

“Saya sangat kecewa karena kasus-kasus serupa terjadi terus menerus di Indonesia, dan tak satu pun kasus itu diselesaikan,” katanya.

IN08692.680b

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi