UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

“Kami adalah bagian dari Gereja universal”

Pebruari 17, 2010

“Kami adalah bagian dari Gereja universal”

Uskup terpilih Mgr Jean Marie Prida Inthirath

BANGKOK (UCAN) – Uskup terpilih Mgr Jean Marie Prida Inthirath akan ditahbiskan dan dilantik pada 10 April sebagai vikaris apostolik untuk Savannakhet di Laos tengah.

Paus Benediktus XVI mengangkatnya untuk memimpin vikariat itu pada 9 Januari. Ketika diangkat, imam yang akan menginjak usia 53 tahun pada 19 Februari itu adalah rektor Seminari Tinggi St. Yohanes Vianey di Thakhek, satu-satunya seminari tinggi di negara itu.

Savannakhet adalah satu dari empat vikariat di negara komunis itu. Seminari itu terletak di Thakhek, yang berada di sepanjang Sungai Mekhong yang memisahkan Laos dari Thailand. Vikariat itu memiliki sekitar 12.500 umat Katolik yang tersebar di 54 komunitas dan desa di tengah sekitar 1 juta penduduk yang umumnya beragama Buddha.

Dalam kunjungannya ke Bangkok baru-baru ini, UCA News berbicara dengan uskup terpilih itu tentang keadaan Vikariatnya dan Gereja di Laos.

Untuk vikariat Anda, apa rencana Anda?

USKUP TERPILIH MGR JEAN MARIE PRIDA INTHIRATH: Terlalu awal untuk mengatakannya. Saya belum memikirkannya selain penerapan rencana kita yang ada sekarang dan melihat bagaimana memperbaikinya.

Kami menekankan pengembangan seminari dan penyebarluasan pelajaran agama dan evangelisasi. Iman Katolik kita harus diperdalam sehingga umat dapat bertahan menghadapi pengaruh materialisme dalam masyarakat. Kami harus memberikan arah bagi kehidupan umat dan membantu mereka mempertahankan iman dalam segala situasi.

Apakah Gereja lokal melakukan karya sosial?

Tidak ada organisasi Gereja tertentu yang melakukan kerja sosial tetapi banyak orang dan kelompok datang kepada kami untuk minta bantuan. Pusat-pusat khusus tidak kami miliki karena kami sendiri tidak punya apa-apa secara material.

Para suster Tarekat St. Paulus de Chartres biarawati dari Thailand mengelola beberapa pusat di negeri ini, termasuk di Thakhek. Tapi mereka datang ke sini melalui pemerintah dan bekerja dengan pemerintah, bukan melalui Gereja lokal. Namun, kadang-kadang beberapa suster hubungi kami untuk membicarakan karya mereka atau meminta bantuan.

Apa kesulitan terbesar Vikariat?

Kurangnya personel untuk melakukan karya pastoral, mengajar agama, dan menyelenggarakan pelatihan. Kami kekurangan pekerja Gereja – baik klerus maupun umat awam.

Bagaimana Anda menanggapi tantangan ini?

Kami mengirim umat awam untuk mendapat pelatihan di Thailand sehingga mereka dapat kembali untuk mengajar agama. Kami juga memusatkan perhatian pada pembinaan para seminaris. Ketika mereka menyelesaikan studi mereka di Laos, kami akan mengirimkan mereka ke luar negeri untuk studi lanjut sehingga ketika mereka kembali mereka dapat membantu keuskupan dalam berbagai karya.

 (Imam-imam Redemptorist Thailand yang belakangan ini datang untuk bekerja di sini) itu merupakan bantuan besar bagi kami karena kami kekurangan imam dan personil. Selain melakukan karya pastoral, mereka membantu kami dalam pembinaan para seminaris. Bagi kami, ini merupakan suatu kekuatan.

Kami ingin (meningkatkan jumlah kaum Religius setempat) tetapi ini tergantung pada kebebasan dan ketengan yang memungkinkan hal itu dilakukan. Pemerintah memantau gerak dan karya kita. Setiap kali kita harus maju selangkah dalam hal apapun.

Lingkungan setiap daerah, setiap vikariat itu berbeda. Di Thakhek (Vikariat Savannakhet), kami sudah cukup lama mengenal banyak orang, termasuk para pejabat pemerintah.

Menurut Anda, apa lagi tentang Gereja lokal yang perlu diketahui oleh orang Katolik di luar Laos?

Orang-orang di negara-negara tetangga – Thailand, Vietnam, Kamboja – mengenal kami dengan baik. Orang-orang dari negara-negara lain mungkin tidak tahu di mana Laos. Tapi yang terpenting untuk Gereja di negara-negara lain adalah tahu bahwa kami adalah bagian dari Gereja universal. Kami ingin mereka mendoakan kami dan prihatin terhadap kami. Ini sudah cukup. Umat Katolik di Laos sangat sedikit, tapi iman kami kuat.

Para uskup dari Kamboja dan Laos memiliki satu konferensi waligereja. Kami berkonsultasi tentang cara bekerja sama untuk mengembangkan para seminaris kita. Para uskup dari kedua negara itu bertemu untuk membahas berbagai situasi dan kesulitan setempat, dan belajar dari satu sama lain.

Setelah ditempatkan sebagai uskup, apa masih ada tanggung jawab lain yang akan Anda pikul?

Saya akan tetap menjadi rektor seminari dan pastor dari 10 komunitas, meskipun saya akan memiliki asisten-asisten untuk melayani komunitas-komunitas ini.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi