UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Kepentingan, penyebab konflik Thailand selatan

September 27, 2010

Kepentingan, penyebab konflik Thailand selatan

Pastor Suwat Luang-sa-ard

Banyak orang tewas dalam kekerasan di propinsi-propinsi di wilayah paling selatan Thailand — Narathiwat, Pattani, dan Yala, terutama dalam enam tahun terakhir.

Masyarakat hidup dalam ketakutan, ketidakamanan, dan perasaan saling curiga. Banyak yakin bahwa konflik itu bersifat lintas agama, terutama ketika para biksu berkeliling meminta sedekah itu ditembak dan kaum Muslim dibunuh di berbagai berbagai masjid. Mayoritas masyarakat di wilayah selatan ini adalah kaum Muslim dan mereka sering dituduh menciptakan konflik.

Media sering menyebut “berbagai pemberontak kaum Muslim,” dengan menekankan unsur kekerasan agama. Hal ini semakin menimbulkan kecurigaan di kalangan masyarakat.

Peran Gereja adalah mempromosikan perdamaian di wilayah ini meskipun jumlah umat Kristen di wilayah selatan ini sangat sedikit.

Keuskupan Surat Thani meliputi 15 propinsi di Thailand selatan. Selama tiga tahun terakhir, Pusat Aksi sosial Keuskupan kami berusaha untuk membentuk sebuah jaringan di wilayah ini.

Kami bekerja sama dengan Komisi Keadilan dan Perdamaian untuk berdialog dengan para pemimpin agama, para aktivis hak asasi manusia, akademisi, serta orang-orang yang berpikiran terbuka dan berbagai organisasi lain di wilayah tersebut untuk menciptakan perdamaian.

Titik tolak untuk menciptakan perdamaian yang berkelanjutan dalam masyarakat adalah melalui saling belajar dan menciptakan saling pengertian.

Dari berkarya di wilayah tersebut, kami menemukan bahwa sebenarnya agama bukanlah penyebab konflik. Semua umat beragama, baik itu Budha, Kristen, dan Muslim hidup rukun satu sama lain.

Penyebab utama dari konflik ini adalah vested interests dari berbagai kelompok — politisi, pejabat pemerintah, agen narkoba — yang membuat situasi menjadi sangat rumit.

Di sisi lain, dengan narkoba, para pemberontak memanfaatkan orang-orang muda untuk menciptakan kekerasan. Orang-orang di propinsi-propinsi seperti Narathiwat, Pattani, dan Yala itu sangat miskin. Sementara banyak orang muda putus sekolah dan tidak punya pekerjaan. Orang-orang yang berniat buruk memutar-balikkan ajaran agama untuk bisa mengendalikan orang-orang muda. Mereka juga membuat orang-orang muda ini kecanduan narkoba, dan ini sangat merajalela di wilayah ini.

Faktor lain penyebab ketegangan adalah bahwa kebanyakan pejabat pemerintah itu berasal dari luar wilayah tersebut. Mereka tidak paham tentang kebudayaan dan adat-istiadat kaum Islam setempat, terutama tentang cara berhubungan dengan perempuan Muslim. pembunuhan para pejabat pemerintah, antara lain, berawal dari situasi ini.

Karena terjadi pembunuhan, para pejabat curiga terhadap kaum Muslim setempat. Misalnya, pihak keamanan di pos pemeriksaan hanya memeriksa kendaraan-kendaraan kaum Muslim. Ini membuat kaum Muslim merasa didiskriminasi.

Sekalipun media sering melaporkan bahwa berbagai kekerasan itu disebabkan oleh pemberontakan kaum Muslim dan menuding agama sebagai faktor utama kekerasan, pembunuhan sering terjadi karena adanya konflik pribadi atau konflik bisnis, atau perzinahan.

Maka sangatlah penting bahwa organisasai dan penganut berbagai agama bekerja sama untuk memecahkan masalah ini.

Yang terpenting adalah perubahan sikap masyarakat terhadap kaum Muslim, terciptanya saling pengertian, berani menyatakan secara terbuka bahwa agama bukanlah penyebab konflik, dan agama-agama perlu saling belajar bagaimana menciptakan dan memelihara perdamaian di masyarakat.

Oleh Pastor Suwat Luang-sa-ard, ucanews.com, Pattani, Thailand. Pastor Suwat Luang-sa-ard adalah direktur dari Pusat Aksi Sosial Keuskupan dari Keuskupan Surat Thani. Dia mulai bekerja di Thailand selatan setelah tsunami tahun 2004.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi