UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Iman menopang saya di dunia film, kata aktris Katolik

Oktober 15, 2010

Iman menopang saya di dunia film, kata aktris Katolik

Archana Kavi

Dengan dua film hit berbahasa Malayalam dan sejumlah proyek yang akan muncul dalam bahasa Tamil, Archana Kavi menjadi terkenal di industri perfilman di India selatan.
Bintang muda dan lincah yang beragama Katolik ini mengatakan bahwa kemajuan di dunia film sangat dipengaruhi oleh perasaannya bahwa dia adalah “anak kesayangan Allah.”

Gadis berusia 22 tahun, yang tumbuh di Delhi, ini mengatakan bahwa hidup keagamaan itulah yang menumbuhkan keberanian untuk mencapai kesuksesan walaupun tidak memiliki “godfather” di industri perfilman. Dengan pendidikan di St. Xavier yang dikelola Yesuit, katanya, dia sebenarnya tidak pernah ingin menjadi seorang aktris. Ayahnya adalah seorang jurnalis dan ibunya seorang paramedis dan dia telah berencana untuk berkarya di bidang media.
Archana bercerita dengan ucanews.com bagaimana kehidupan memberi kejutan dan tantangan baginya.

Ucanews.com: Apa yang membuat Anda terjun ke dunia film?

ARCHANA KAVI: Saya pindah ke Kerala (India selatan) untuk melanjutkan studi. Karena saya ingin menjadi orang media, saya mulai bekerja di sebuah saluran televisi pada setiap akhir pekan. Seorang sutradara film terkemuka kebetulan melihat program saya dan memanggil saya untuk ikut audisi. Aku diterima dan kini saya menikmati pekerjaan saya.

Apa reaksi keluarga Anda?

Awalnya, keluarga saya agak prihatin. Mereka menanyakan saya apakah saya yakin dengan karir ini. Mereka setuju karena aku punya impian ketika terjun ke dunia film. Seorang sutradara terkenal dalam industri film berbahasa Malayalam menuntun saya dalam film pertama saya. Naskah film itu ditulis oleh seorang penulis skenario di Kerala. Film ini menjadi hit besar dan tawaran kepada saya mulai mengalir.

Kini keluarga saya tampaknya mulai memaklumi karir saya yang baru ini.

Yang sangat mengejutkan saya adalah bahwa kebanyakan orang yang kebanyakan orang yang senang [dengan karir saya] adalah para pastor dan suster. Mereka agaknya tahu baik tentang apa yang terjadi di industri perfilman. Mereka menyarankan saya untuk memilih peran. Mereka lebih percaya akan karier film saya ketimbang orang tua dan sanak saudara saya sendiri.

Apa kriteria Anda untuk menyeleksi film?

Kriteria saya sederhana. Saya harus yakin bahwa saya bisa menggambarkan karakter. Saya harus nyaman dengan setting. Ada naskah-naskah tertentu yang sangat baik dengan karakter yang juga baik, tapi saya hanya memilih karakter yang memberi rasa nyaman kepada saya.

Seberapa jauh kehidupan berubah setelah masuk ke dunia film?

Kehidupan memang berubah.

Pertama, kini saya tidak lagi bisa hidup sebagai orang biasa, setidaknya di Kerala. Orang-orang sudah kenal saya dan anak-anak mengelilingi saya untuk minta tanda tangan. Saya menjadi lebih dewasa. Saya bertemu berbagai macam orang sehingga harus belajar taktik yang berbeda untuk menghadapi mereka.

Untuk menjadi aktris, saya harus meningkatkan bakat dan menjaga penampilan. Juga, saya harus berpikiran bisnis – dan itu masih saya pelajari.

Bagaimana Anda mempertahankan fans Anda?

Saya gunakan Twitter, Facebook dan memiliki banyak blog sendiri untuk tetap berhubungan dengan fans saya. Tapi terkadang mereka berharap lebih dari itu. Di sinilah perlu keberanian mengambil jarak. Kita tidak bisa memuaskan semua orang.

Tantangan apa saja yang Anda hadapi di dunia film?

Saya tidak punya latar belakang film dan awalnya, saya tidak tahu bagaimana semuanya berjalan. Tidak ada latihan sebelumnya sebagaimana terjadi dalam pekerjaan lain. Anda diangkat dan hanya itu. Dalam hitungan detik kita bergerak dari atas ke bawah.

Itulah kenyataan dan ketika dihadapi, dia mengganggu Anda. Saya harus belajar bagaimana memilih proyek dan bagaimana menghadapi orang yang berbeda. Setiap film memberi pengalaman yang berbeda.

Konon, industri film India didominasi pria. Apa sebagai perempuan Anda hadapan persoalan?

Saya juga mendapat kesan demikian. Tapi ketika saya mulai bekerja di industri ini, saya akhirnya sadar bahwa kesan itu salah. Perempuan dihormati. Pendapat mereka didengar. Semua celotehan tentang eksploitasi perempuan dalam industri film itu adalah omong kosong.

Juga, ini sangat tergantung pada cara mengendalikan diri dalam industri ini. Tak ada yang perlu ditakuti perempuan, jika perempuan yakin tentang dirinya sendiri dan tahu di mana harus menentukan batas. Industri ini aman profesi lainnya.

Memang dewasa ini, film-film yang berorientasi perempuan hanya sedikit. Tapi saya beruntung. Dua film pertama saya itu berorientasi perempuan dan saya kira, dalam hal ini saya diberkati.

Pernahkah Anda hadapi masalah karena Anda Katolik?

Tidak! Saya tidak menghadapi masalah apapun hanya karena saya Katolik. Namun dalam setiap profesi, ada banyak kompetisi, banyak pasang surut. Maka perlu ada keyakinan bahwa sanjungan dan glamour dalam industri film jangan sampai membuat Anda terhanyut.

Dulu, memang banyak aktris Kristen menggunakan nama-nama Hindu tapi kini itu semua telah berubah. Saya tidak mengubah nama saya dan ada juga satu pendatang baru lain yang juga tetapi mempertahankan namanya.

Apakah Anda cukup religius?

Ya. Saya percaya akan kekuatan doa dan saya pergi ke gereja. Tapi saya tidak suka memamerkan iman atau kesalehan. Saya punya cara sendiri menjalankannya dan saya puas dengan itu.

Bagaimana Anda mengimbangi iman dan karier?

Jika tidak ada syuting, saya pasti pergi ke gereja setiap hari Minggu. Tapi jika saya kerja itu memang sedikit agak sulit untuk pergi ke gereja. Juga saya merasa sulit untuk pergi ke gereja yang sama setiap hari Minggu karena ketika menjadi terkenal, orang mulai mengharapkan Anda akan muncul pada minggu depan. Saya terpaksa ke gereja yang berbeda setiap hari Minggu.

Sejauh mana iman Anda menunjang Anda dalam dunia film?

Jauh di lubuk hati, saya tahu bahwa saya anak kesayangan Tuhan. Saya percaya, Tuhan tahu bahwa apapun yang terjadi dalam hidup saya, itu untuk kebaikan. Inilah yang membuat saya maju terus. Masih banyak hal terjadi di luar harapan saya. Saya tidak pernah ingin menjadi seorang aktris. Tapi itu terjadi begitu saja. Namun kemudian menjelang istirahat malam, semuanya terasa begitu sempurna. Jika saya harus merencanakan hidup saya, yang akan terjadi pasti tidak sedemikian sempurna.

Apa perasaan Anda dengan sekian banyak prestasi yang Anda raih di usia muda?

Tidak ada yang menggairahkan. Saya heran, apa memang saya telah meraih segala sesuatu. Jika saya memang ingin menjadi seorang aktris, maka saya telah meraih prestasi itu. Saya sebenarnya hanya senang bahwa saya telah bermain cukup baik di dua film pertama saya. Para penonton menerima saya. Tapi saya tahu semua ini akan lenyap jika saya tidak menguasai diri.

Saya menghadapi setiap proyek bagaikan membuat film untuk pertama kalinya, dan saya berusaha untuk melakukan yang terbaik agar hasilnya bagus.

Apakah Anda tidak terpikat dengan segala gemerlapan yang terkait dengan dunia film?

Tidak saya tidak terpikat dengan segala kemewahan dan ketenaran yang terkait dengan dunia film. Itu hanya terjadi dan saya senang bahwa hal itu terjadi dengan baik. Salah satu guru saya pernah berkata bahwa bahkan jika Anda seorang perawat, jadilah yang terbaik di dunia ini. Jadi jika saya aktris, saya ingin menjadi yang terbaik sebisa saya, sebelum saya beralih ke suatu pekerjaan lain.

Apa rencana masa depan Anda?

Saya telah berhenti membuat rencana karena dalam industri ini hal semacam itu tidak ada gunanya. Aku akan membiarkan hidup ini mengalir.

Oleh Ritu Sharma, ucanews.com, New Delhi, India

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi