- UCAN Indonesia - https://indonesia.ucanews.com -

Kerukunan di Indonesia jadi tantangan pemuda

 

Tingkat kerukunan umat beragama di Indonesia dinilai merosot tajam. Pelbagai aksi kekerasan berlatar belakang agama terus terjadi di banyak daerah di Indonesia.

Ideologi Pancasila akibatnya hanya sebatas dongeng. Tokoh-tokoh agama dan pemuda kembali mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk bertindak tegas.

Demikian benang merah dialog bertajuk “Kerukunan Indonesia dari Sulawesi Utara untuk Nusantara”, yang digelar Gerakan Pemuda Nasional Demokrat di Manado, Sulawesi Utara, belum lama ini.

Seperti dilansir sinarharapan.com, acara ini dihadiri sejumlah tokoh agama, akademisi, dan tokoh kepemudaan, di antaranya rohaniwan Romo Franz Magnis-Suseno SJ, cendikiawan Azyumardi Azra, dan Ketua Pemuda Nasional Demokrat Hendrik Rully Luntungan.

Romo Magnis mengatakan, menciptakan kerukunan umat beragama merupakan tantangan bagi masyarakat Indonesia. Ini, katanya, juga menjadi tantangan baru bagi pemuda Indonesia karena setiap generasi harus bisa memperbarui konsep kerukunan.

Menurutnya, kerukunan tidak akan pernah tercapai 100 persen, tapi seluruh elemen bangsa harus belajar bagaimana mengelola perbedaan, baik perbedaan agama dan etnik, maupun perbedaan pendapat dan kepentingan.

“Itu bisa dinegosiasi. Kita harus belajar bahwa perbedaan itu wajar. Dasarnya tentu keadilan dan cita-cita bangsa yang ada dalam nilai-nilai Pancasila. Itu norma untuk menegosiasikan konflik,” ujarnya.

Di sisi lain, Azyumardi menambahkan, kerukunan terancam akibat sistem politik yang transaksional dan oligarkis sehingga menciptakan politik sandera antarelite dan lembaga.

Hendrik mengatakan, tingkat kerukunan umat beragama menurun drastis. Ia mencontohkan, ketidakberdayaan negara dalam kasus GKI Yasmin. “Eksistensi pemerintah dipertanyakan,” ujarnya, Senin (29/10).

Dalam konteks kerukunan umat beragama, Hendrik mengatakan, hanya beberapa daerah di Indonesia yang mampu menunjukkan hal itu, di antaranya Sulawesi Utara, Bali, dan Yogyakarta. Ketiga daerah itu, kata dia, harus menyebarluaskan aura kerukunan antarumat beragama ke seluruh pelosok negeri.

“Ini gerakan pluralisme besar-besaran yang kami buat agar bergaung ke Nusantara, bahwa Indonesia bukan negara agama, tapi bangsa yang hidup dengan keberagaman,” katanya. Oleh karena itu, kata dia, pemuda harus menjadi garda terdepan untuk menggaungkan semangat kerukunan beragama.