Para pemimpin agama Muslim dan Kristen dari 16 negara Asia berjanji untuk mengintensifkan upaya mewujudkan perdamaian dan keadilan, mencegah kekerasan dan memfasilitasi dialog dalam situasi konflik, seperti yang mereka ungkapkan dalam rekomendasi hasil Konferensi Pemimpin Agama Muslim – Kristen se-Asia.
Konferensi itu mengambil tema “Bringing Common Word to Common Action” yang berlangsung di Jakarta, Selas -Kamis (28/2-1/3).
“Kami akan melakukan sebisa mungkin hal-hal yang bisa membantu saudara-saudari untuk memahami bahwa agama pada dasarnya bermaksud mencerahkan orang beriman sesuai dengan sifat Allah dan bagaimana kewajiban orang beriman terhadap sesama manusia dan seluruh ciptaan”, jelas mereka dalam rekomendasi yang dirilis setelah konferensi.
Mereka meyakini, “konflik yang selama ini dikaitkan dengan agama telah diperparah oleh ketidakseimbangan dalam masyarakat, atau, karena penganut agama tertentu tidak mengerti sepenuhnya implikasi dari iman mereka”.
Mereka juga menegaskan bahwa semua orang dari setiap agama harus menyadari “Kasih kepada Allah dan Kasih kepada sesama” sebagai aturan tertinggi (Golden Rule).
“Kami percaya, jika martabat manusia dihormati, nilai-nilai kemanusiaan dihargai dan jalan untuk dialog tetap terbuka, konflik dapat dihindari dalam setiap keadaan”.
Mereka juga sadar untuk terus belajar mengenai situasi sosial, menafsirkan gejala-gejala baru, memperingatkan masyarakat terhadap kebijakan yang dapat membahayakan kepentingan umum.
Persoalan lingkungan hidup, buruh migran dan korupsi juga menjadi bagian dari masalah yang menjadi keperihatinan mereka.
Mereka mengatakan, semua hal ini dapat dicapai hanya jika komunitas agama menjadikan itu semua sebagai tujuan mereka dalam melestarikan nilai-nilai yang berharga dalam budaya Asia seperti religiositas, sakralitas, penghargaan atas kehidupan, keterikatan dengan tradisi dan kepedulian terhadap kebaikan bersama.
Romo Antonius Benny Susetyo, salah seorang anggota panitia konferensi ini yang juga Sekretaris Eksekutif Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Waligereja Indonesia mengatakan, realisasi rekomendasi ini akan diserahkan kepada masing-masing negara sesuai dengan situasi mereka.
Ash-Shaikh H. Abdul Nazar, seorang pemimpin Muslim dari Sri Lanka mengatakan, sebagai seorang pemimpin, ia memiliki “perjalanan panjang untuk mewujudkan itu semua” dan rekomendasi-rekomendasi ini harus “diterjemahkan ke dalam tindakan”.
“Di Sri Lanka pada dasarnya ada empat komunitas, Hindu, Islam, Kristen dan Budha. Kami memiliki sejumlah kesalahpahaman antara masing-masing komunitas. Satu komunitas agama tidak percaya terhadap komunitas lainnya karena pengalaman buruk tertentu di masa lalu “, katanya kepada ucanews.com.
Dia menambahkan, sekarang mereka harus menyadarkan semua kalangan mulai dari akar rumput hingga kelompok kelas atas, di antara orang dewasa, wanita dan anak-anak untuk mengubah cara berpikir demi situasi yang lebih baik di masa depan dan untuk menyelesaikan konflik di antara mereka.
Sementara itu, Uskup Agung Charles Bo dari Yangon, Myanmar mengatakan, salah satu wujud realisasi rekomendasi ini adalah pendidikan bagi perempuan Muslim, khususnya di negara bagian Rakhine dan Rohinghya yang katanya, “mereka tidak berpendidikan”.
Dia juga mengatakan, mereka akan berusaha untuk bekerja sama , tidak hanya dengan para pemimpin Muslim tetapi juga dengan kaum Buddhis dan pemerintah yang dalam beberapa tahun terakhir telah menunjukkan keterbukaan untuk mendengar suara-suara dari pemimpin Kristen dan Muslim, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya .
Ryan Dagur, Jakarta