- UCAN Indonesia - https://indonesia.ucanews.com -

Vatikan harus berubah

 

Kolegialitas dan reformasi Kuria. Ini belum pernah terjadi sebelumnya bahwa begitu banyak kardinal yang meminta perubahan dalam pengelolaan “mesin” Kuria Vatikan dan mengangkat masalah  organisasi dikasteri-dikasteri, koordinasi dan hubungan mereka dengan Konferensi-Konferensi Waligereja.

Ini berarti bahwa Paus baru, siapa pun dia tidak boleh mengabaikan masalah-masalah tersebut, yang merupakan konsekuensi dari pengalaman baru-baru ini tidak begitu positif dalam hubungan antara Roma dan Konferensi-Konferensi Waligereja.

Seperti dilansir Vatican Insider, dalam beberapa hari belum lama ini, sejumlah kardinal telah menangani sejumah masalah termasuk Vatileaks dan berbicara tentang perlunya perubahan dalam pengelolaan Kuria dan Sekretariat Negara.

Tanggapan terhadap permintaan pertama (Vatileaks) belum tuntas, karena Paus Benediktus memutuskan bahwa “Relatio“, yang disiapkan oleh tiga kardinal — Kardinal Herranz, Kardinal Tomko dan Kardinal De Giorgi akan diserahkan kepada penggantinya.

Tetapi, tiga peneliti tersebut telah memberikan beberapa informasi kepada para Kardinal yang ingin mendapat penjelasan masalah itu dalam pembicaraan face-to-face.

Terkait Kuria, baik sebelum dan sesudah presentasi dari Kardinal Coccopalmerio, para kardinal lainnya mengatakan mereka percaya bahwa tidak mungkin ada penundaan lebih jauh untuk reformasi yang Benediktus XVI mengatakan ia menyesali ia telah gagal untuk melaksanakannya.

Suara-suara yang mendukung manajemen Kuria dan beberapa reformasi berasal dari Walter Kardinal Kasper dari Jerman, Christoph Kardinal Schönborn dari Austria,  Peter Kardinal Erdödari  Hungaria, Jean Luis Kardinal Cipriani Thorne dari Peru, André Kardinal Vingt-Trois dari Perancis, Antonio María Kardinal Rouco Varela dari Spanyol, Ivan Kardinal Dias dari India, dan Franc Kardinal Rode dari Slovenia.

Sejumlah kardinal, termasuk Camillo Kardinal  Ruini dan Stanislaw Kardinal Dzwisz, mencoba menjelaskan ciri-ciri Paus masa depan, sementara yang lain, termasuk Angelo Kardinal Scola, berbicara lebih umum tentang sifat Gereja, dan Angelo Kardinal Bagnasco berbicara tentang kebenaran.

Pada Jumat (8/3), selama pertemuan kedelapan, para kardinal juga membahas banyak topik: dialog antaragama, khususnya dengan Islam. Tema yang diadakan pada Senin, misalnya, oleh Kardinal Afrika yang berbicara tentang hal-hal realistis, jauh dari ideal dan pandangan yang “sentimental”.

Ada perdebatan tentang bioetika, yang telah menjadi sebuah tantangan “sosial”, seperti Paus Benediktus XVI menulis dalam Ensiklik  “Caritas in Veritate“.

Beberapa tema lain yang dibahas tentang evangelisasi, “pewartaan kasih Allah dan kemurahan-Nya”, dan Gereja yang membumi: tema disampaikan kemarin pagi oleh Uskup Agung Buenos Aires, Jorge Mario Kardinal Bergoglio. Crescenzio Kardinal Sepe juga berbicara tentang evengelisasi.

Pada pertemuan 8 Maret, para kardinal juga membahas masalah peran perempuan dalam Gereja: sebuah topik yang dibawakan Leonardo Kardinal Sandri dari Argentina. Ada juga pembahasan tentang pentingnya kaum awam dalam evangelisasi baru yang dibawakan oleh Jose Kardinal Saraiva Martins dari Portugal. Tema lain yang sering muncul adalah keadilan dan perjuangan melawan kemiskinan, dan kehadiran yang lebih besar dari Takhta Suci di arena internasional.