Festival Film Cana, yang diselenggarakan selama dua hari belum lama ini di Pusat Gereja Katolik Singapura, berbagi ajaran sosial Gereja melalui kisah film-film tersebut.
“Festival Film Cana adalah sebuah platform untuk film dokumenter, film pendek dan film feature independen bagi umat Katolik, keluarga dan teman-teman agar lebih mengenal media dan ajaran sosial Gereja,” kata Winifred Loh, ketua festival itu.
Kegiatan itu ditujukan untuk “menangkap esensi dari misi sosial Gereja dan pentingnya menghidupkan iman umat kita dalam kehidupan sehari-hari”, festival adalah kerjasama dari Putri-putri St. Paulus dan Cana Catholic Centre di Singapura.
“Cana Catholic Centre adalah tempat berkumpul umat Katolik di Singapura dan teman-teman untuk berbagi, saling mendukung, belajar dan bertumbuh dalam semangat kasih, sukacita dan damai dengan satu sama lain melalui iman kita,” lanjut Loh.
Dia mengatakan, festival film itu adalah upaya pertama pusat itu, dan “fokus pada universalitas ajaran sosial Gereja dan kemanusiaan kita bersama, merenungkan pesan film-film yang dipentaskan selama festival itu, dan memberdayakan mereka, memperkaya pesan sosial.”
Festival itu ditujukan kepada anak-anak dan orang dewasa termasuk film dari Australia, Belgia, India, Indonesia, Iran, Lithuania, Singapura, dan Turki.
Film-film itu dipilih karena mengandung sepuluh pokok ajaran sosial Gereja: martabat manusia, keadilan, subsidiaritas, partisipasi, kesejahteraan umum, berpihak pada kaum miskin, solidaritas, martabat kerja, martabat penciptaan dan mendukung perdamaian.
Ketua festival itu berterima kasih atas dorongan, antusiasme, dan kemurahan hati para sutradara film, dan kerjasama dari umat Katolik setempat.
Loh mengatakan bahwa ada “banyak film baik dari segi kualitas produksi dan bercerita, tetapi yang tidak bisa didistribusikan ke arus utama atau menemukan penonton. Ini disayangkan … cerita ini perlu diberitahu.”
“Kami menghadapi kompleksitas persoalan saat ini, termasuk tantangan di tempat kerja, materialisme meningkat, keluarga cerai, sebuah kesenjangan yang meningkat antara kaya dan miskin, perubahan iklim, dan setiap hari banyak pertanyaan muncul mendorong kita untuk merenungkan,” katanya.
Loh mengatakan, “Sejak film sering berurusan dengan isu-isu nyata dan berasal dari hati, penonton bisa merasa tersentuh dan terinspirasi” oleh pesan-pesan film tersebut.
“Bahkan jika para penonton melakukan dengan refleksi pribadi dan doa, itu adalah benih perubahan. Dalam banyak kasus, film ini sebagai perspektif alternatif untuk membuka pikiran penonton.”
Festival itu termasuk diskusi panel setelah pemutaran film-film tersebut.
Sumber UCA News