Seorang pejabat senior Vatikan mengecam tindakan bunuh diri sebagai sesuatu yang “jahat”, yang dilakukan Brittany Maynard, seorang perempuan cantik Amerika Serikat (AS) yang menderita kanker otak ganas.
Maynard, 29, meninggal di Portland, Oregon pada 1 November setelah ia mengumumkan niatnya untuk bunuh diri dengan minum koktail, obat mematikan.
Beberapa bulan lalu, Maynard pernah menggemparkan publik AS karena ia berjanji akan mengakhiri hidupnya pada 1 November 2014. Ia mengatakan ingin mati dalam keadaan bermartabat. Namun, ternyata janjinya bukan sekedar sensasi. Maynard telah menunaikan janji tersebut.
”Selamat tinggal kepada semua teman-teman saya dan keluarga yang saya cintai. Hari ini adalah hari yang saya pilih untuk mati dengan martabat dalam menghadapi kanker otak saya. Kanker yang mengerikan ini yang telah mengambil begitu banyak dari kehidupan saya,” bunyi pesan wanita itu yang membuat riuh media sosial di berbagai negara, seperti dikutip AFP, Senin (3/11/2014).
Tepat 1 November, Maynard mengakhiri hidupnya dengan mengonsumsi obat-obatan dosis tinggi. Tindakan Maynard didukung oleh suaminya Dan Diaz, dan kedua orangtuanya.
UU membenarkan bunuh diri termasuk di Oregon yang ditentang keras oleh Gereja Katolik, yang mempertahankan bahwa bunuh diri dalam bentuk apapun adalah dosa.
“Kami tidak menghakimi individu, tetapi tindakan itu sendiri harus dikecam,” kata Mgr Ignacio Carrasco de Paula, Ketua Akademi Kepausan untuk Kehidupan.
“Wanita ini melakukan jalan ini bahwa dia bisa mati secara bermartabat,” kata Mgr de Paula kepada kantor berita Italia, ANSA.
Ia menambahkan, “Bunuh diri bukanlah hal yang baik, cara itu adalah dosa karena mengakhiri hidup dan kita perlu menghormati misi kita di dunia ini dan terhadap orang-orang yang paling dekat dengan kita.”
Sumber: ucanews.com