UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Dua biarawati Katolik melayani ribuan pengungsi akibat perang Suriah

Nopember 14, 2014

Dua biarawati Katolik melayani ribuan pengungsi akibat perang Suriah

 

Dekat perbatasan Lebanon-Suriah, dua biarawati dari Tarekat Gembala Baik (RGS) melayani salah satu pusat pengungsian dan keduanya bekerja menyalurkan bantuan  dan memberikan harapan  kepada ribuan orang yang telah melarikan diri akibat konflik bersenjata di Suriah.

“Saya tetap berharap dalam doa-doa saya,” kata Suster Micheline Lattouff RGS,  awal bulan ini kepada media di Beirut.

“Saya mencari cara bagaimana membantu anak-anak dan keluarga-keluarga,” katanya, seraya mengatakan para pengungsi ini menjadi “korban di negara mereka sendiri”.

Suster Micheline adalah direktur Pusat Sosial dan Komunitas Gembala Baik di Deir-al-Ahmar, sebuah desa Kristen di Lembah Bekaa, Lebanon bagian utara.

Dia dan para Suster RGS lain membantu warga lokal Lebanon dan 8.000 hingga 9.000 pengungsi Suriah yang berada di antara jutaan pengungsi sejak konflik Suriah pecah tahun 2011.

Jumlah pengungsi terus bertambah. Sekitar 60-80 KK, mulai dari lima sampai 15 orang, tiba di daerah itu setiap bulan.

Para pengungsi ini sebagian besar adalah Muslim Sunni yang melarikan diri akibat konflik dimana pasukan pemberontak sendiri didominasi Sunni. Mereka merasa tidak aman tinggal di sekitar wilayah Muslim Syiah dan telah berbondong-bondong ke desa Kristen tidak jauh dari Baalbek.

“Bersama orang-orang Kristen, mereka merasa lebih aman. Karena bagi mereka, kami adalah orang-orang yang ingin berdamai. Kami ingin hidup dalam damai dan cinta,” kata Suster Micheline.

Pola interaksi Kristen-Muslim adalah umum di Lebanon, dimana orang-orang Kristen menjadi penyangga penting di kalangan berbagai komunitas Muslim.

Para pengungsi kini tinggal di pemukiman terorganisir, kadang-kadang dikelompokkan berdasarkan suku atau keluarga.

Sejumlah orang terpisah dari orang yang mereka cintai selama penerbangan dari rumah mereka. Mereka yang tidak bisa datang dengan mobil atau bus berjalan selama tujuh hari untuk mencapai daerah itu, sering melewati medan pegunungan yang berat.

Sumber: ucanews.com

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi