UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Di bekas zona perang di Sri Lanka, Paus menyampaikan pesan harapan

Januari 15, 2015

Di bekas zona perang di Sri Lanka, Paus menyampaikan  pesan harapan

Paus Fransiskus melepaskan seekor burung merpati di Gereja Santa Perawan Maria di Madhu pada Rabu.

 

Paus Fransiskus pada Selasa mengunjungi Tempat Ziarah Santa Perawan Maria di Kota Madhu, Sri Lanka bagian utara, sekitar 300 kilometer dari ibukota Kolombo, untuk berdoa dan bertemu dengan keluarga korban perang di negara itu.

“Warga Sri Lanka tidak bisa melupakan peristiwa tragis yang berhubungan dengan tempat ini,” kata Paus kepada hadirin yang berkumpul di sekitar pelataran Gua Santa Perawan Maria tersebut.

Gereja yang terletak di daerah terpencil ini telah dijadikan situs suaka margasatwa, yang menyaksikan banyak pertumpahan darah saat perang saudara selama 26 tahun di antara pasukan pemerintah dan separatis Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) yang berjuang untuk sebuah negara merdeka.

Gua itu, yang dianggap orang Katolik sebagai tempat yang paling suci di negeri ini, yang digunakan sebagai tujuan ziarah utama dan tempat doa untuk umat Katolik di Sri Lanka. Sebelum perang pecah tahun 1983, hampir satu juta orang menghadiri perayaan tahunan di Madhu.

Perang tersebut membuat jumlah peziarah sangat menurun untuk mengunjungi tempat doa itu karena sekitar pelataran Tempat Ziarah tersebut didirikan kamp-kamp pengungsian, yang menjadi sasaran serangan militer.

“Ada keluarga di sini hari ini yang menderita akibat konflik berpanjangan yang merobek jantung Sri Lanka,” kata Paus. “Tapi, Bunda Maria selalu bersama Anda.”

Paus mencatat bahwa banyak keluarga Tamil dan Sinhala tewas “dalam kekerasan yang mengerikan tersebut dan pertumpahan darah bertahun-tahun”.

Diperkirakan 80.000 hingga 100.000 orang tewas dalam konflik tersebut, yang berakhir tahun 2009 ketika pasukan pemerintah menyatakan kemenangan atas LTTE – tetapi kelompok-kelompok HAM internasional menuduh pasukan pemerintah melakukan pelanggaran HAM, termasuk pembunuhan di luar hukum dan penghilangan paksa.

“Akibat kebencian, kekerasan dan perusakan, kita ingin mengucapkan terima kasih kepada (Bunda Maria), yang menggendong Yesus, yang memiliki kekuatan untuk menyembuhkan luka dan memulihkan perdamaian bagi yang patah hati,” kata Paus Fransiskus.

Selama pertemuan di gereja itu, sejumlah warga Tamil yang hadir menggelar spanduk bertuliskan: “Dimana anak-anak kami?”

 

1515cPaus Fransiskus dan para klerus lain berdoa di Gua Santa Perawan Maria di Madhu.

 

Sekelompok orang Tamil juga menyampaikan surat kepada Paus setelah doa tersebut.

“Tidak ada upaya yang tulus telah dilakukan untuk mengatasi akar penyebab masalah” di antara pemerintah Sinhala dan Tamil Utara, kata aktivis hak Tamil Pastor Jeyabalan Croos.

“Rekonsiliasi sejati tidak mungkin terjadi kecuali ada pertanggungjawaban yang kredibel,” kata imam, yang parokinya berada di bekas daerah konflik.

“Para pemimpin politik lokal tidak memiliki semangat untuk mempercepat langkah menuju rekonsiliasi nasional yang sejati termasuk investigasi tuduhan pelanggaran hak asasi manusia,” tambahnya.

Ananthy Sasitharan, seorang anggota Partai Aliansi Nasional Tamil, mengatakan, “Ratusan orang Tamil masih mencari keadilan bagi (anggota keluarga) yang hilang, tahanan politik dan pelecehan seksual.”

“Kami masih mencari anak-anak kami, kerabat kami dan kami membutuhkan bantuan Anda,” katanya kepada Paus Fransiskus.”

Basil Fernando dari Asian Human Rights Commission mengatakan bahwa peristiwa tragis dalam 40 tahun terakhir memang telah “menciptakan luka mendalam di tubuh bangsa ini”.

“Apa (yang) dibutuhkan sekarang adalah penyembuhan dan persatuan, tidak ada konflik dan (tidak) ada perpecahan lagi,” katanya.

Dia juga memperingatkan bahwa rekonsiliasi sejati perlu segera dilakukan.

“Ketika keadilan diabaikan, jalur konflik kekerasan ditutup,” kata Fernando, seraya menambahkan bahwa dengan lengsernya  Presiden Mahinda Rajapaksa merupakan langkah ke arah yang benar.

“Pemilihan presiden telah menunjukkan formula untuk perdamaian dan rekonsiliasi meskipun keragaman kami. Tamil dan Muslim minoritas bersama Sinhala menggulingkan rezim yang sangat represif dan korup serta membuka jalan bagi kemungkinan good governance,” kata Fernando.

SRI LANKA-VATICAN-RELIGION-POPE

Umat Katolik Sri Lanka berdoa bersama Paus Fransiskus di Gua Santa Perawan Maria di Madhu.

 

Pada Senin, Paus Fransiskus menyerukan “pencarian kebenaran” dalam “proses penyembuhan” luka-luka akibat perang.

Dia mengatakan proses penyembuhan “perlu menyertakan pencarian kebenaran, bukan demi membuka luka lama, melainkan sebagai sarana yang diperlukan untuk mempromosikan keadilan, penyembuhan dan persatuan”.

Paus meminta warga Tamil dan warga Sinhala “membangun kembali persatuan yang hilang” selama perang.

“Tentu saja dengan kembalinya patung (Bunda Maria) ke gua ini setelah perang maka kita berdoa agar semua orang Sri Lanka dapat kembali kepada Allah dalam semangat baru rekonsiliasi dan persekutuan,” kata Paus Fransiskus.

Sumber: ucanews.com

 

 

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi