UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Kardinal Tagle: Asia adalah tantangan unik untuk menyebarkan iman Katolik

Maret 4, 2015

Kardinal Tagle: Asia adalah tantangan unik untuk menyebarkan iman Katolik

 

Asia merupakan tantangan unik untuk menyebarkan iman Katolik, dan Gereja harus melakukan penginjilan melalui pertemuan pribadi, tegas kardinal Filipina.

“Kami harus mengakui, bahkan sampai sekarang, di beberapa bagian Asia, Kristen dianggap sebagai asing bagi budaya-budaya Asia,” kata Luis Kardinal Tagle, uskup agung Manila, pada sebuah kuliah di The Catholic University of America di Washington, DC, pada Senin.

“Ini adalah bagian dari misi Gereja di Asia untuk menunjukkan kekayaan Injil dalam kebenarannya yang valid secara universal, nilai-nilainya terbuka kepada semua manusia. Tapi, ini harus terjadi dalam interaksi manusia,” lanjutnya.

Kardinal Tagle menyampaikan Kuliah Kardinal Dearden di Universitas Katolik tersebut setiap tahun,  tentang “Gaudium et Spes Setelah 50 Tahun: Sebuah Tanggapan Asia.”

Dokumen itu, yang diterjemahkan sebagai “Kegembiraan dan Harapan,” adalah salah satu dari empat Konstitusi Apostolik utama Konsili Vatikan II dan fokus pada Gereja dan dunia modern. Kuliah tersebut untuk menghormati Kardinal Dearden dari Detroit atas karyanya dalam menyebarkan ajaran Konsili Vatikan II.

“Penekanan budaya pertemuan” dari Paus Fransiskus adalah sangat penting bagi orang Asia, dimana Kekristenan adalah minoritas kecil dan dipandang dengan penuh kecurigaan oleh banyak orang, jelas Kardinal Tagle.

Meskipun Asia adalah benua terbesar dan memiliki dua pertiga dari populasi dunia, Kristen memiliki tiga persen dari populasi benua itu, dan setengahnya berada di Filipina, katanya.

Kemiskinan merajalela. Asia diisi dengan “massa kaum miskin” – migran, korban perdagangan manusia, wisata seks, dan orang-orang yang diselundupkan untuk tenaga kerja murah, tambahnya.

“Di beberapa bagian Asia, Anda menyaksikan kamp-kamp pengungsi dimana ada warga yang tak diakui oleh negara, sehingga Anda memiliki orang-orang tanpa kewarganegaraan. Tidak ada negara yang ingin melindungi mereka dan hak-hak mereka,” kata kardinal itu.

Misalnya, penduduk Muslim Rohingya di Myanmar Barat, mereka tidak diakui sebagai warga negara dan dengan demikian tidak dilindungi secara hukum. Ratusan ribu orang mengungsi ke negara-negara sekitarnya, menurut Departemen Luar Negeri.

Budaya Asia telah dibentuk oleh “agama-agama kuno,” banyak yang lebih tua dari Kristen itu sendiri, yang dipandang penuh  “curiga,” lanjut kardinal.

Oleh karena itu, dalam terang Gaudium et Spes dan fokus pada Gereja di dunia modern, Kardinal Tagle mengusulkan bahwa evangelisasi  di atas segalanya dalam pertemuan orang per orang. Ini lebih mudah dikatakan daripada dilakukan.

Ketika pemerintah memberlakukan undang-undang anti-Kristen, misalnya, “Apakah kita akan terus berdialog?” tanyanya.

Kardinal Tagle menarik beberapa inspirasi dari kunjungan Paus Fransiskus ‘baru-baru ini ke Filipina dan Sri Lanka.

Paus “memperhatikan realitas,” dan ini dinyatakan dalam “perhatian terhadap manusia,” jelas kardinal itu, berbagi kisah Paus Fransiskus mendengarkan korban topan baru-baru ini seraya menjelaskan kerugian dari orang-orang yang mereka cintai atau fisik mereka sendiri menderita akibat badai.

“Orang miskin memiliki kebijaksanaan unik untuk mereka,” kata kardinal, seraya menambahkan bahwa jika seseorang bersikap rendah hati ia akan mendengarkan dan belajar dari orang-orang miskin dan menderita. Kadang-kadang para penderita tidak bersuara, dan dia mengutip kata-kata Paus Fransiskus bahwa kadang-kadang air mata adalah satu-satunya jawaban.

“Kita harus menciptakan kondisi  “persaudaraan” dan “persahabatan”, tambahnya.

Sumber: ucanews.com

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi