UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

450 tewas di Xinjiang tahun lalu, mayoritas warga Muslim Uighur

Maret 5, 2015

450 tewas di Xinjiang tahun lalu, mayoritas warga Muslim Uighur

 

Tahun lalu lebih dari 450 orang tewas di Xinjiang, Tiongkok, wilayah mayoritas Muslim, yang bergolak, lapor sebuah kelompok HAM – dengan tiga kali lebih banyak kematian di antara anggota minoritas Uyghur dari warga Han, etnis Cina.

Xinjiang telah menyaksikan gelombang kerusuhan, yang diberi label oleh otoritas sebagai “terorisme” dan menyalahkan  “separatis”, yang acap kali menyebar ke bagian lain Tiongkok.

Berdasarkan informasi bahwa di daerah itu dikontrol secara ketat oleh otoritas, dan Uyghur Human Rights Project (UHRP) yang berbasis di Washington (UHRP) menggunakan data dari laporan media Tiongkok dan luar negeri untuk analisisnya.

Antara 457 hingga 478 orang tewas tahun lalu, katanya, seraya menambahkan para korban sudah terindentifikasi  235-240 sebagai warga Uyghur dan 80-86 sebagai warga Han, etnis Cina.

Jumlah itu lebih dari dua kali lipat dari tahun 2013,  pihaknya melaporkan korban tewas antara 199 hingga 237 – 116 hingga 151 sebagai warga Uyghur dan 32-38 sebagai warga Han.

Meningkatnya orang tewas disoroti akibat “tindakan represif berlebihan” yang digunakan oleh Tiongkok dan “kemerosotan dalam lingkungan keamanan” sejak Xi Jinping menjadi presiden Tiongkok dua tahun lalu, kata laporan itu.

Temuan itu “mengkhawatirkan di sejumlah aspek”, kata direktur UHRP Alim Seytoff.

Laporan itu tidak termasuk insiden di luar Xinjiang, seperti penusukan massal di sebuah stasiun kereta api di Kunming pada Maret lalu, ketika itu 31 orang tewas dan empat penyerang tewas.

“Kurangnya transparansi

Pihak berwenang Tiongkok biasanya membedakan antara personil pemerintah, korban sipil, dan penyerang dalam pernyataan mereka. Laporan ini menemukan bahwa selama periode dua tahun, penyerang antara 229 hingga 333 tewas ketimbang gabungan karyawan kantor (53-108) dan warga sipil (125-194).

“Dalam sejumlah insiden polisi membunuh semua pelaku yang terduga,” kata UHRP dalam sebuah pernyataan pada Selasa malam.

“Ada kemungkinan bahwa kekuatan yang berlebihan dan pembunuhan di luar hukum adalah cara pendekatan keamanan negara Tiongkok,” tambahnya.

Xinjiang menyaksikan kejadian yang paling berdarah sejak Juli 2009, ketika 37 warga sipil dan 59 “teroris” tewas dalam serangan terhadap sebuah kantor polisi dan kantor-kantor pemerintah di distrik Kashgar, Prefektur Shache.

Hampir setengah yang tewas di Xinjiang selama periode dua tahun – 327 – berada di Kashgar, kata laporan itu.

Prefektur paling kejam berikutnya adalah Aksu dengan 79 tewas, dan Hotan dengan 76 tewas. Ketiganya di tenggara Xinjiang, dimana Uyghur terkonsentrasi.

Sebuah laporan terpisah yang dirilis oleh World Uyghur Congress berbasis di Munich bulan lalu mengatakan ada “peningkatan dramatis dalam penggunaan kekerasan” di Xinjiang.

Kelompok HAM mengatakan bahwa perlakuan polisi yang keras terhadap warga Uyghur dan kampanye pemerintah terhadap praktik-praktik keagamaan, seperti memakai cadar, telah menyebabkan kekerasan.

Sumber: ucanews.com

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi