UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Penganiayaan orang Kristen di Zhejiang lebih parah dari data sebelumnya: China Aid

April 23, 2015

Penganiayaan orang Kristen di Zhejiang lebih parah dari data sebelumnya: China Aid

 

Skala kampanye pembongkaran gereja-gereja di Provinsi Zhejiang, Tiongkok mungkin jauh lebih besar dari data yang dilaporkan sebelumnya, demikian  China Aid, yang berbasis di Amerika Serikat, dalam laporannya pekan ini.

Kampanye ini sudah dianggap salah satu yang paling merusak terhadap Kekristenan di Asia meningkat beberapa kali lipat dari perkiraan sebelumnya lebih dari 400 salib dan  35 gereja dihancurkan paksa sejak akhir tahun 2013.

Namun, jumlah sebenarnya 1.000 salib telah dibongkar  dan 50 gereja dihancurkan berdasarkan laporan diverifikasi di media lokal di Zhejiang, kata China Aid dalam laporan tahunannya untuk 2014.

“Tampaknya bahwa ruang lingkup penganiayaan bisa lebih banyak dari yang dilaporkan karena takut akan pembalasan dari pemerintah,” katanya.

Meskipun Uskup Meng Qinglu dari Inner Mongolia mengatakan kepada ucanews.com bulan lalu bahwa ia mendengar bahwa Beijing telah menghentikan kampanye tersebut akhir tahun lalu, namun seperti dilaporkan salib telah dibongkar di tiga gereja  di Zhejiang bulan ini.

Sehari sebelum Minggu Paskah, pemerintah menggunakan elevator untuk menurunkan salib di atas gereja Quan En di Ningbo, demikian laporan berita dan gambar yang di-posting di Twitter.

Penilaian baru China Aid dari situasi di Zhejiang memperkirakan, sejak akhir tahun 2013, sebanyak 1.300 orang Kristen telah ditangkap atau ditahan karena berusaha  melindungi gereja-gereja mereka di provinsi itu – lebih banyak daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Pada 24 Maret, Pastor Huang Yizi dijatuhi hukuman satu tahun penjara karena berusaha melindungi sebuah salib di Wenzhou, dan satu hari kemudian pengadilan di kota yang sama membebaskan delapan orang Kristen dengan penangguhan hukuman karena berusaha melindungi gereja Sanjiang dari pembongkaran.

Secara keseluruhan, orang-orang Kristen di Tiongkok mengalami empat kali lebih banyak terkait kasus penganiayaan tahun lalu yang mempengaruhi hampir 18.000 orang yang ditandai “dengan tindakan represif yang paling parah sejak Revolusi Kebudayaan”, kata China Aid.

Gereja rumah yang tidak terdaftar dan kegiatan peribadatan adalah target utama bagi otoritas yang berusaha mengekang pertumbuhan Kekristenan di Tiongkok.

Pemerintah Tiongkok belum menanggapi laporan China Aid, tetapi telah berulang kali membantah kampanye anti-Kristen di Zhejiang dan penganiayaan agama secara keseluruhan.

“Pemerintah Tiongkok melindungi kebebasan beragama atau kepercayaan warganya serta kegiatan keagamaan yang normal sesuai dengan hukum,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Hong Lei bulan lalu.

Meskipun China Aid mencatat kecaman masyarakat internasional dalam menanggapi intoleransi kegiatan keagamaan bertumbuh di Tiongkok, sejauh ini belum ada tindakan.

Heiner Bielefeldt, pelapor khusus PBB tentang Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan, mengatakan kepada ucanews.com pada Rabu bahwa ia akan berencana  mengirim surat kepada pemerintah Tiongkok meminta penjelasan atas klaim penganiayaan yang lebih luas di Zhejiang. Menurut prosedur PBB, Beijing  memiliki 60 hari untuk merespon surat tersebut.

Sumber: ucanews.com

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi