UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

NIIS dan Janji Surga

April 24, 2015

NIIS dan Janji Surga

 

Malala Yousafzai, wanita inspiratif dari Pakistan, mengatakan,”They can shoot my body, but they can’t shoot my mind (siapa pun dapat membunuh atau menembakku, tetapi mereka tidak bisa melumpuhkan pikiranku).”

Berbicara tentang Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), maka kita berbicara tentang sebuah tindakan yang bersumber dari sebuah pikiran ideologis yang melahirkan gerakan ekstrem, radikal, fundamentalis, dan brutal. Namun, NIIS tidak berdiri sendiri, dia ibarat virus yang berkembang biak dalam organ tubuh negara karena kerusakan dan kelemahan sektor ekonomi, politik, dan militer yang penyebabnya adalah faktor internal maupun eksternal.

NIIS buah dari penghancuran

Mulanya NIIS disebut Islamic State atau dalam bahasa Arabnya, Daulah Islamiyah. Namun, dalam tempo 3-4 tahundengan cepat berkembang menjadi Al-Daulah al-Islamiyah fi al-Iraq wa asy-Syam,atau NIIS. Sebuah keinginan nostalgik kembali pada masa awal Islam yang menganut sistem khilafah, dengan menjadikan Irak dan Suriah sebagai wilayah.Tetapi, tentu NIIS hadir dengan niat besar, untuk menyebarluaskan paham universal ke negara (berpenduduk) Islam khususnya.

Kenapa fenomena NIIS ini merebak pada dewasa ini? Kita bisa belajar dari sejarah kemunculan Al Qaeda. Cikal bakal Al Qaeda mulanya tumbuh dengan niat baik, sebagai Mujahidin pembebasan Afganistan dari pengaruh komunis serta pendudukan Rusia. Oleh karena itu, negara- negara Barat pun tak segan memasok senjata, serta menggelar pelatihan personel militer.

Namun, merasa ditelantarkan, mujahidin berubah menjadi ideologi yang menakutkan bagi umat manusia, termasuk terhadap orang atau negara yang dulu membantunya.

Kemunculan NIIS tak jauh berbeda dengan Al Qaeda. Bahwa apa yang terjadi sebelumnya adalah hasil pergolakan negara-negara Arab lima tahun lalu, atau Arab Spring, yang berawal dari Tunisia pada 18 Desember 2010 dan ditandai oleh tumbangnya Presiden Zine al-Abidine Ben Ali.

Revolusi pun berlanjut hingga ke Suriah,namun iamenemui jalan berliku karena menumbangkan Bashar al-Assad tak semudah menumbangkan rezim Arab otoriter lainnya. Akibatnya,banyak negara bersatu membantu mujahidin untuk mengeroyok Assad dengan mengirim relawan, bantuan materiil, danbahkan persenjataan.

Suriah diamuk perang saudara, CNN menyebutkan sebanyak 4 juta orang mengungsi menyelamatkan diri ke sejumlah kamp pengungsian dan 1,3 juta jiwa di antaranya ke Jordania, sedangkan korban tewas menembus angka 200.000 jiwa. Revolusi pun menjadi liar karena belakangan muncul gerakan dengan ideologi baru yang menamakan dirinya NIIS merangsek menembus ke Irak.

NIIS, surga atau neraka

Kenapa NIIS munculdi Irak dan Suriah? Karena Perang Teluk II yang melumpuhkan Irak bermuara pada kejatuhan rezim Saddam Hussein. Jatuhnya Saddam berakibat hancurnya seluruh struktur di Irak, yakni kekuatan militer, ekonomi, politik, dan pemerintahannya. Suka atau tidak suka, efek samping dari pelemahan – bahkan penghancuran – pemerintahan otoriter di Irak justru memudahkan munculnya berbagai gerakan destruktif, termasuk gerakan bersenjata, seperti NIIS.

Ini artinya sebuah ideologi tak ubahnya seperti virus, dia akan menyerang tubuh manusia saat daya tahannya lemah.Karena itu, tidak mengherankan jika gerakan semacam NIIS tidak hanya bersarang di Irak dan Suriah, tetapi juga di Libya, serta Nigeria dengan kemunculan Boko Haram. Di negara-negara yang dilanda konflik atau negara gagal seperti ini, rakyat memangmudah terpengaruh mencari sistem lain karena merasa tidak terlindungi oleh negaranya.

NIIS merupakan suatu keinginan untuk kembali kepada kekhalifahan Islam yang tidak mengenal kompromi. Pada saat Islam sebenarnya mengajarkan kemajuan dan keselarasan dengan zamannya, sehingga umat Islam tentu tidak sepaham dengan praktik-praktik brutalisme.

Apa sebenarnya yang dikejardan apapemersatu ideologis NIIS? Bisa ditebak tidak lain adalah jannah, surga, paradise, yang dengan murah dijual oleh pemimpin NIIS. Sebab, bila mereka mengejar harta belaka, tentunya tidak ingin bunuh diri. Apabila ingin mengejar takhta dan kedudukan, mereka juga tidak memilih jalan mati. Tanpa iming-iming tersebut, niscaya seseorang tak akan tergiur berjuang ke negeri gurun pasir yang panas serta dingin menusuk tulang. NIIS disebutkan mempunyai kemampuan finansial hingga 2 miliar dollar AS serta penguasaan atas ladang minyak di Timur Tengah.

Padahal, Islam memiliki hukum perang begitu manusiawi, di mana dalam situasi perangpun, Islam tidak membolehkan membunuh perempuan, anak-anak, dan orang-orang tak berdosa. Bahkan, pohon pun tidak bisa sembarang ditebang sehingga hukum ini tegas mengatakan membunuh sesama dengan alasan yang sesat adalah dosa.

Makmurkan Indonesia

Pelajaran yang bisa kita petik dari rangkaian peristiwa di Timur Tengah maupun Asia Barat dan Asia Selatan adalah, kita harus bersatu memperbaiki bangsa kita sendiri. Karena negara yang stabil dan makmur tidak mudah dirasuki ideologi destruktif. Tetapi, sebaliknya bila negeri ini tidak stabil dan saling terpecah, kemudian ekonominya lemah, maka dengan mudah menjadi sasaran ideologi destruktif semacam NIIS

Karena itulah bangsa ini harus bersatu,menjaga stabilitas politik dan keamanannya, kemampuan ekonomi yang sekaligus menciptakan kesejahteraan yang adildan merata bagi segenap bangsa. Dengan kemampuan seperti itu, Indonesia memiliki daya tahan yang sulit ditembus bermacam ideologi, serupa NIIS sekalipun.

Meskipun berat mengubah pikiran manusia, seperti kata Malala, pikiran dan ideologi yang benar harus dibangun melalui para pemimpin agama, para pemimpin negeri ini dengan memberi teladan yang benar kepada seluruh rakyat. Sejarah Islam di Indonesia adalah sejarah Islam moderat. Pemikiran moderat inilah yang harus terus diberi tempat dan disebarkan sebagai sumbangan Indonesia bagi dunia, khususnya dunia Islam.

M Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI Periode 2014-2019. Tulisan disadur dari pidato pembukaan seminar internasional tentang Perkembangan NIIS di Indonesia dan Penanggulangannya (23/3/2015)

Tulisan ini telah diterbitkan di Kompas cetak, edisi 24 April 2015.

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi