Nasib tragis pengungsi Rohingya dan imigran Bangladesh yang terombang-ambing di laut dan terdampar di Indonesia, Thailand, dan Malaysia telah mendorong para Jesuit Regio Asia Selatan menunjukkan sikap belarasa terhadap para pengungsi.
“Sebagai Jesuit, tanggung jawab kita bersama adalah demi orang-orang yang rentan di negara-negara kita untuk mencari perlindungan,” kata pernyataan yang dikeluarkan oleh Konferensi Jesuit Asia Selatan.
Jesuit Refugee Service di Australia menyerukan perhatian yang lebih manusiawi terhadap para pencari suaka, dan juga kebijakan bagi para pengungsi dengan penuh kasih dan efektif.
Pernyataan itu mengingatkan pemerintah Australia yang selalu menolak orang-orang yang datang dengan perahu untuk mencari perlindungan dari penganiayaan.
“Selama dua tahun terkahir, kapal-kapal yang membawa para pencari suaka ke Australia telah dipulangkan ke Sri Lanka, Indonesia, dan Vietnam. Satu-satunya kriteria yang memandu kebijakan Australia telah menjurus pada kepentingan pribadi,” kata pernyataan itu.
Pernyataan itu menambahkan mentalitas ini tercermin juga dalam fokus ekonomi dalam kebijakan imigrasi, dimana banyak pekerja dari luar negeri telah dimanfaatkan oleh majikan mereka akibat pengawasan pemerintah yang lemah.
Negara-negara lain di kawasan ini telah membuat kebijakan serupa yang brutal terhadap para pencari suaka dan pekerja migran, katanya.
“Di Myanmar Rohingya ditolak kewarganegaraan, hak keamanan, dan pekerjaan. Banyak yang melarikan diri dari penganiayaan dalam beberapa tahun terakhir, dan dalam beberapa pekan terakhir telah tiba dengan perahu di pantai Thailand, Malaysia, dan Indonesia”.
Protes internasional atas tindakan ini telah memaksa ketiga negara itu mengatasi krisis kemanusiaan ini.
Dalam pembicaraan pada 20 Mei, Malaysia dan Indonesia sepakat menyediakan tempat penampungan sementara untuk para pengungsi hingga mereka pulang atau dimukimkan kembali di negara ketiga, dan Thailand telah setuju menghentikan pemulangan manusia perahu.
“Ketika kebijakan pemrintah lokal yang buruk, maka pentingnya buntuk badan-badan internasional, termasuk Gereja Katolik dan Serikat Yesus, yang memiliki anggotanya di banyak negara, berpikir dan bertindak kooperatif. Mereka bersama-sama harus menekan untuk membuat kebijakan yang lebih baik dan peduli terhadap para korban secara manusiawi,” kata pernyataan itu.
Catholic Alliance for People Seeking Asylum (CAPSA) dikoordinasikan oleh Pelayanan Sosial Jesuit, yang bertujuan membantu bidang pendidikan dan kesehatan, belum lama ini meluncurkan situsnya: www.capsa.org.au
Sumber: ucanews.com