Paus Fransiskus menegaskan bahwa industri pertambangan, terutama beroperasi di negara-negara termiskin di dunia, harus membuat “perubahan radikal”, menghormati hak-hak masyarakat lokal, dan melindungi lingkungan.
Pemerintah hendaknya mengatur perusahaan-perusahaan, investor dan konsumen yang menggunakan produk yang mengandalkan bahan yang ditambang “diserukan menerapkan perilaku inspiratif karena kita semua adalah bagian dari satu keluarga manusia”, kata Bapa Suci.
Tahun 2013 Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian telah mensponsori satu hari refleksi bersama puluhan eksekutif perusahaan pertambangan dan mempersiapkan sesi lain dengan mereka pada September, dan telah mengadakan pertemuan, 17-19 Juli, dengan organisasi kecil yang bekerja di akar rumput untuk menentang operasi pertambangan di negara mereka.
Peter Kardinal Turkson, presiden dewan itu, mengatakan kantornya tidak bisa mengabaikan apa yang disuarakan Bapa Suci, dalam ensikliknya tentang lingkungan, yang menyebut “jeritan bumi dan jeritan orang miskin”.
Pastor Dario Bossi, seorang misionaris di Brasil bagian utara dan bagian dari koalisi ekumenis yang mewakili hak-hak masyarakat yang terkena dampak pertambangan, mengatakan kepada para wartawan, 17 Juli, “Masyarakat di berbagai belahan dunia menghadapi situasi kekerasan dan intimidasi, ilegalitas dan korupsi, polusi dan pelanggaran HAM karena kegiatan terkait dengan pertambangan.”
Ketika masyarakat lokal protes, katanya, respon dari pemerintah adalah menangkap mereka ketimbang menyelidiki keluhan mereka.
Perusahaan-perusahaan pertambangan “menegaskan mereka ingin berdialog dengan masyarakat setempat”, namun tidak tertarik membuat kesepakatan atau perubahan dalam rencana operasional mereka.
Berbicara pada konferensi pers di Vatikan, perwakilan lain dari kelompok di India, Chili dan Brasil mengatakan perusahaan tambang – dengan persetujuan pemerintah daerah – secara teratur menyerang dan menggunduli tanah masyarakat adat dan petani miskin, aliran air yang digunakan untuk irigasi dan minum serta meninggalkan tanah dan air tercemar.
Paus Fransiskus, dalam ensikliknya, memuji kelompok yang “bersuara bagi banyak orang, keluarga dan masyarakat yang menderita langsung atau tidak langsung akibat efek negatif pertambangan”.
Kelompok itu, katanya, “menangis karena tanahnya hilang”, mengeksplotasi alam yang kaya yang hanya menguntungkan perusahaan tambang, membahayakan kesehatan masyarakat setempat dan kondisi kerja yang memperlakukan karyawan lokal seperti budak.
Mereka, katanya, “menangis akibat pencemaran air, udara dan tanah” serta permohonan tanpa dikonsultasikan ketika membuat persyaratan proyek-proyek pertambangan baru.
Sumber: ucanews.com