UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Data baru menunjukkan tuduhan kristenisasi tidak terbukti

Agustus 27, 2015

Data baru menunjukkan tuduhan kristenisasi tidak terbukti

 

Komunitas Kristen di India telah tumbuh lebih melambat dalam dekade terakhir dari keseluruhan populasi di negara itu, demikian  data terbaru pemerintah. Data ini  menunjukkan  bahwa tuduhan  terhadap orang Kristen terkait konversi paksa tidak terbukti.

Pemerintah federal, yang dipimpin oleh Partai Bharatatiya Janata (BJP) pro-Hindu, 25 Agustus, merilis data berbasis agama yang dikumpulkan dari sensus nasional selama 10 tahun. Data itu menunjukkan persentase Hindu jatuh sedikit sementara Islam bertumbuh lebih cepat daripada agama-agama lain selama 10 tahun antara tahun 2001-2011.

Populasi Muslim bertumbuh 0,8 persen dari keseluruhan populasi, sementara Hindu turun 0,7 persen. Muslim  memiliki 14,2 persen dibandingkan dengan Hindu 79,8 persen.

“Belum ada perubahan signifikan dalam proporsi  Kristen dan Jainisme,” tambah pernyataan resmi.

Data itu “menunjukkan tuduhan palsu dan kosong dari fanatik Hindu terkait konversi,” kata John Dayal, seorang tokoh awam Katolik di India.

Para pemimpin Kristen dan Muslim mengatakan BJP dan kelompok Hindu fanatik telah membuat pernyataan bermotif politik yang menyatakan peningkatan populasi Kristen dan Muslim mengancam mayoritas Hindu di India dan menghancurkan budaya mereka.

“Sementara Muslim dituduh sebagai pro-Pakistan dan teroris, Kristen dituduh memisahkan diri dan menghilangkan nilai-nilai budaya India,” kata Dayal, yang juga anggota dewan direksi ucanews.com.

“Sebagai tanggapan terhadap demografi ini, berbagai kelompok Hindu telah menyerukan pencabutan hak orang Kristen, pembatasan pada umat Muslim dan mendesak wanita Hindu memiliki lebih banyak anak dalam perang demografis ini.”

India memiliki 27,8 juta orang Kristen dari 1,21 miliar populasi negara itu, tetapi Kristen adalah minoritas agama terbesar kedua, setelah Muslim, yang berjumlah sekitar 170 juta. Di antara minoritas – 20 juta Sikh, 8,4 juta Buddha dan 4,5 juta Jainisme, demikian  data itu.

Umat Hindu menjadi mayoritas tak tertandingi

Dalam dekade terakhir, para misionaris Kristen, terutama di negara-negara bagian yang dikuasai BJP termasuk Madhya Pradesh, telah dituduh mengkonversi orang suku dan orang-orang dari kasta “tak tersentuh”. UU telah diterapkan  untuk menghentikan konversi dan para misionaris diserang dengan tuduhan melakukan konversi.

Pemimpin Gereja termasuk Uskup Agung Leo Cornelio dari Bhopal, yang berbasis di ibukota negara bagian Madhya Pradesh, mengatakan data itu sebagai pembuktian terbalik.

“Saya ingin meminta semua orang yang menuduh kami mengkonversi adalah palsu: di mana mereka yang kami melakukan konversi,” kata Uskup Agung Cornelio.

Orang-orang Hindu yang mayoritas – hampir 80 persen atau 966.300.000 – namun data menunjukkan mereka menurun 0,7 persen populasi secara keseluruhan dibandingkan dengan dekade sebelumnya.

Penduduk India tumbuh 17,7 persen selama ini, tapi Muslim mencatat tingkat pertumbuhan lebih tinggi yakni 24,6 persen. Semua penganut lainnya kurang bertumbuh dari rata-rata nasional: Hindu 16,8 persen; Kristen 15,5 persen; Sikh 8,4 persen; Buddha 6,1 persen; dan Jainisme 5,4 persen.

Statistik menunjukkan bahwa umat Hindu meningkat 140 juta antara 2001 dan 2011.

Tahun 2001, umat Hindu berjumlah 827 juta sedangkan populasi Muslim negara itu di tahun yang sama adalah 138,8 juta. Data saat ini menunjukkan bahwa tahun 2011, umat Hindu tumbuh 966,3 juta dan populasi Muslim 172,2 juta.

Uskup Agung Cornelio mengatakan tuduhan konversi berasal dari “kepentingan pribadi yang terhubung ke kelompok-kelompok politik tertentu. Tujuan mereka adalah menciptakan perpecahan dan konflik komunal di kalangan masyarakat.”

Prelatus itu mengatakan orang-orang ini berpura-pura menuduh Kristen dan Muslim adalah ancaman untuk keuntungan politik.

“Mereka tidak akan ragu bahkan mengingkari sensus itu dan masih terus menciptakan konflik komunal. Masalah dasar dengan mereka adalah bahwa mereka tidak ingin mengetahui kebenaran dan karenanya, kebenaran tidak bisa membuat mereka bebas,” kata prelatus itu.

Sumber: ucanews.com

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi