Dua Kardinal Hong Kong tampaknya berbeda pendapat terkait pembicaraan Takhta Suci dan Tiongkok guna membangun hubungan diplomatik ke depan.
John Kardinal Tong Hon melihat ada “perbaikan dan atmosfir yang lebih baik” dalam hubungan Tiongkok dan Vatikan menjelang perundingan mereka.
Pensiunan Uskup Hong Kong Joseph Kardinal Zen Ze-kiun, seorang kritikus keras terhadap Tiongkok, yakin sikap otoriter Beijing berarti sedikit harapan terkait keberhasilan pembicaraan tersebut.
Tiongkok dan Takhta Suci melanjutkan negosiasi panjang yang terhenti pada Juni 2014 dan kini bersiap-siap untuk pembicaraan lebih lanjut di mana mereka diharapkan untuk mencari resolusi terkait penunjukkan uskup.
“Pembicaraan putaran kedua diharapkan berlangsung dalam beberapa bulan ke depan,” demikian sebuah sumber Gereja dekat dengan Vatikan mengatakan kepada ucanews.com.
Berbicara kepada ucanews.com menjelang pembicaraan tersebut, Kardinal Tong mengatakan dia telah melihat beberapa sinyal positif dari kedua pihak dalam beberapa bulan terakhir.
“Selalu ada pasang surut” terkait hubungan Tiongkok-Vatikan, tapi “baru-baru ini, suasana sudah cukup baik,” kata kardinal itu.
Salah satu contoh adalah pentahbisan Uskup Martin Wu Qinjing pada Juni, yang diakui Vatikan, kata kardinal.
Gerakan dan kegiatan Uskup Zhouzhi ini dibatasi setelah ia diam-diam ditahbiskan tahun 2005. Namun, pemerintah sekarang mengakui dia menyusul pentahbisannya, tambahnya.
Kemudian, pentahbisan Uskup Joseph Zhang Yinlin di Keuskupan Anyang pada awal Agustus, yang merupakan pertama dalam tiga tahun.
Peristiwa ini menunjukkan “ada perbaikan dan suasana yang lebih baik” berkaitan dengan hubungan tersebut, kata Kardinal Tong.
Hubungan mencair baru-baru ini dirasakan antara Tiongkok dan Vatikan menyusul pertengkaran besar setelah Tiongkok menahbiskan tiga uskup ilegal tanpa mandat paus tahun 2011 dan 2012.
Takhta Suci mengambil tindakan dengan menentang pentahbisan tersebut dan mengumumkan ekskomunikasi terhadap para uskup ilegal itu.
Hubungan tegang berlanjut tahun 2012 ketika Konferensi Waligereja Tiongkok di Beijing, yang tidak diakui oleh Takhta Suci, mencabut gelar Uskup Koadjutor Thaddeus Ma Daqin dari Shanghai setelah ia mengumumkan mundur dari Asosiasi Patriotik Katolik Cina yang diakui pemerintah.
Dia saat ini ditahan di sebuah seminari di Shanghai.
Optimisme
Namun, harapan perbaikan dalam hubungan terbut telah berkembang sejak Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Paus Fransiskus mulai menjabat pada Maret 2013.
Dalam sebuah wawancara pada ulang tahun pertama kepausannya tahun 2014, Paus mengungkapkan bahwa ia menulis surat kepada Presiden Xi segera setelah dia menjadi Paus dan mendapat tanggapan.
Gerakan ramah terlihat lagi selama kunjungan Paus Fransiskus ke Korea Selatan pada Agustus tahun yang sama.
Tiongkok mengizinkan penerbangan kepausan menggunakan wilayah udara sementara orang-orang Tionghkok menerima dua berkat dari Paus setiap kali penerbangan kepausan melewati negara itu.
Meskipun ada tanda-tanda ini, Kardinal Tong mengatakan ia tidak tahu apakah kedua pihak dapat mencapai kesepakatan.
“Saya menonton … sebagai orang luar,” kata kardinal itu.
Paus Fransiskus memiliki orang-orang hebat di Vatikan yang membantu hubungan Tiongkok-Vatikan. “Mereka telah mempelajari hubungan diplomatik selama 35 tahun,” katanya.
Mereka adalah Pietro Kardinal Parolin, sekretaris negara Vatikan dan mantan negosiator dalam pembicaraan Tiongkok-Vatikan sebelum ia diangkat menjadi Duta Besar Vatikan untuk Venezuela tahun 2009; Uskup Agung Claudio Celli dari Dewan Kepausan untuk Komunikasi Sosial, dan Mgr Gianfranco Rota-Graziosi, kepala bagian untuk Hubungan Luar Negeri dari Sekretariat Negara, kata Kardinal Tong.
Sementara itu, Kardinal Zen menyatakan sedikit harapan terkait keberhasilan pembicaraan tersebut.
Dialog membutuhkan partisipasi dari kedua belah pihak sehingga hal-hal tidak seharusnya hanya bergantung pada Vatikan, katanya.
Pemerintah Tiongkok “tidak berniat menciptakan dialog. Pihaknya hanya menuntut,” katanya kepada ucanews.com.
Sumber: ucanews.com