UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

4 gereja Katolik diharapkan tetap dipertahankan di Aceh Singkil

Oktober 19, 2015

4 gereja Katolik diharapkan tetap dipertahankan di Aceh Singkil

Mgr Anicetus B Sinaga OFMCap. (Foto: dokumen UCAN Indonesia)

 

Bimbingan Masyarakat Katolik di Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Baron Ferryson Pandiangan mengungkapkan, ada aspirasi mengenai keberadaan gereja Katolik di Kabupaten Aceh Singkil. Aspirasi tersebut sudah disampaikan Baron kepada Bupati Aceh Singkil, Safriadi.

Harapan tersebut digaungkan pascakerusuhan bernuansa agama di Kabupaten Aceh Singkil, Selasa (13/10) siang. Saat itu, sekelompok orang membakar sebuah gereja dan satu undung-undung (kapel atau rumah peribadatan berukuran kecil) di Desa Suka Makmur.

Menurut Baron, setelah ada kerusuhan, muncul rencana menyatukan gereja Katolik dengan Protestan. “Jangan begitu,” ujarnya ketika dihubungi SH, Jumat (16/10).

Ia menjelaskan, empat gereja Katolik yang sudah lama berdiri di Aceh Singkil diharapkan dipertahankan. Keempat gereja itu berada di Desa Lae Balno yang sudah berdiri sejak 1974, di Napagaluh berdiri sejak 1972, di Suka Makmur tahun 1963, di Mandumpang mulai tahun 1972.

Selanjutnya pada 1979, dilakukan keputusan yang kemudian dilakukan lagi pada 2001. Intinya, keputusan itu hanya memungkinkan keberadaan satu gereja dan empat undung-undung di Aceh Singkil. Padahal, jumlah umat Katolik dan Protestan semakin bertambah, sedangkan jarak antara satu gereja dan gereja lain jauh.

Saat ini, jumlah umat Katolik di sana lebih dari 800.000 orang, Kristen juga 800.000 orang lebih. “Kalau hanya ada dua gereja bolehlah, di Napagaluh dan Suka Makmur,” ucap Baron.

Uskup Agung Medan, Mgr Anicetus B Sinaga OFMCap pada sambutan Kongres Kerahiman Ilahi III Asia-Pasifik (The 3Rd Asian Apostolic Congress on Mercy) banyak membahas kebaikan-kebaikan yang harus dijalankan umat Katolik sebagai bagian dari umat dunia.

“Kami juga akan menyampaikan bahwa kasus bentrokan di Aceh Singkil bukanlah masalah yang harus ditakuti, tetapi diatasi dengan menanamkan belas kasih,” katanya.

Kongres yang diikuti 1.500 peserta dari 30 negara di Kota Medan, Sumatera Utara, pada 14-16 Oktober 2015 itu diharapkan  menyampaikan pesan positif tentang pentingnya kedamaian dan rasa persaudaraan antarumat beragama. Kongres tersebut bertajuk “Jesus Christ, The Mercy of God: The Way to Reconciliation”.

Menurut Uskup Agung Sinaga, kongres ini mengingatkan semua pihak agar selalu kembali kepada kerahiman Ilahi. “Karena itu, perlu rekonsiliasi, toleransi, dan perdamaian antarumat beragama di dunia,” ujarnya.

Pentingnya menjaga toleransi dan keberagaman juga pernah disuarakan seorang teolog Islam terkenal di Indonesia, Mustofa Bisri. Ia kerap bepergian ke Eropa untuk mempromosikan toleransi, interpretasi pluralis negara Islam, dan melawan ideologi ektremis radikal. Ia menjelaskan, Islam adalah agama yang mempromosikan cinta, perdamaian, dan toleransi.

Landaskan Pancasila

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumatera Utara (Sumut), H T Erry Nuradi menegaskan, dengan rasa persaudaraan yang kuat, tidak akan ada masalah dalam menghadapi perbedaan. Apalagi, Indonesia memiliki landasan Pancasila. Kongres Kerahiman Ilahi diharapkan bisa menguatkan kedamaian umat beragama di dunia.

Bagi Sumut, dijadikannya daerah itu sebagai lokasi penyelenggaraan memberi manfaat besar, yakni menjadi promosi gratis tentang Sumut yang menjadi miniatur Indonesia.

“Bahkan semakin bermanfaat, yakni menunjukkan Sumut aman pascabentrokan di Aceh Singkil, yang juga menjadi tempat pengungsian bagi warga Aceh itu,” katanya. Kondisi tersebut menjadi bukti bahwa daerah tersebut, bahkan Indonesia, aman dikunjungi para turis.

Dalam sambutannya, Tengku Erry berharap, kongres ini dapat mempromosikan cinta kasih bagi semua orang, khususnya para tamu yang datang ke Sumut. “Semua agama, semua suku, ras, dan golongan yang ada di Indonesia ada di sini (Sumut-red). Sumut sangat pluralis. Kami dapat menjaga perdamaian dan merawat keberagaman,” tuturnya. Ia juga berharap seluruh peserta kongres bisa menikmati kebinekaan di Sumut.

Anggota DPD asal Sumut, Parlindungan Purba juga mengungkapkan, berlangsungnya Kongres Kerahiman Ilahi III Asia-Pasifik menunjukkan, umat Katolik mencintai rasa persaudaraan sejati. Sumut yang pluralis bisa menjaga diri tetap rukun. Keragaman ini merupakan nilai lebih Indonesia di mata dunia, sekaligus menunjukkan negeri ini sebagai negara yang besar.

“Hadirnya Gubernur Sumut, bupati, serta para tokoh agama menunjukkan rasa persatuan di tengah keberagaman bangsa,” seru Parlindungan. Plt Gubernur Sumut, Tengku Erry Nuradi bahkan menyatakan, merupakan suatu kebanggaan dan kehormatan karena Sumut dipilih sebagai tempat kegiatan kongres ini. “Kami sangat bangga,” ujarnya.

Ia menyebutkan, baru beberapa hari lalu pihaknya meresmikan Gedung Katolik Center, salah satu yang terbesar di Indonesia. Gedung ini multifungsi. Sebagian dipakai sebagai sarana ibadah, bagian lain menjadi sekolah dan hotel. Pada acara itu, Tengku Erry bersama Uskup Agung Sinaga menandatangani prasasti batu pertama pada puncak 2.000 Kabupaten Karo yang akan menjadi sactuario peringatan abadi dan pengamalan belas kasih Ilahi. (Sinar Harapan/Antara)

 

Mohon klik LIKE di Facebook UCAN Indonesia guna mendapatkan berita-berita Gereja dari Asia dan Vatikan setiap hari. Terima kasih. Tuhan memberkati..

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi