UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Ketua Forkoma PMKRI: Indonesia harus ikut bantu pengungsi di Eropa

Nopember 2, 2015

Ketua Forkoma PMKRI: Indonesia harus ikut bantu pengungsi di Eropa

 

Di hari terakhir konferensi internasional Perayaan 50 tahun Dokumen Nostra Aetate di kampus Universitas Gregoriana, Roma, Italia pada Rabu (28/10), Ketua Forum Komunikasi Alumni Perhimpunan Mahasiswa Katolik Indonesia (Forkoma PMKRI), Hermawi Fransiskus Taslim menyempatkan diri berkunjung ke salah satu pastoran, dan ternyata, menampung banyak pengungsi dari berbagai negara termasuk asal Timur Tengah.

Dengan ditemani wartawan senior AM Putut Prabantoro serta dua orang pastor muda yang sedang studi di Roma, yakni Pastor Nicolas Kristanto SJ (mahasiswa pasca sarjana Instituto Biblico, Roma) serta Pastor Indro Pandego (mahasiswa Paska Sarjana Universitas Urbaniana, Roma), Taslim diterima oleh Suster Olivieta dari Ordo Misionaris Cinta Kasih (MC) yang didirikan Ibu Teresa dari Kalkuta.

Kepada rombongan, Suster Olivieta menjelaskan bahwa dalam memberikan pelayanan kemanusiaan, MC tidak pernah membeda-bedakan orang atas dasar apapun, entah itu agama, suku, ras ataupun warna kulit.

Menurut Suster Oliveta, pada hakekatnya kemanusiaan itu bersifat universal dan tidak boleh ada diskriminasi dalam bentuk apapun dan sekecil apapun.

Suster yang berasal dari India ini sesuai tugas dari MC berusaha sedapat mungkin bekerja secara diam-diam tanpa publikasi. Hal ini sesuai dengan pendiri ordonya yakni Ibu Teresa dari Kalkuta, India. Komitmen atas pelayanan ataupun kerja keras merupakan tindakan yang tidak boleh tersilaukan oleh pujian.

“Siapapun kita, jika melayani dan membantu orang harus tulus dan jujur pada diri sendiri. Dan yang lebih penting adalah, kondisi musim dingin seperti ini ketulusan pelayanan dan uluran tangan kita semua bagi pengungsi sangat penting,” ujarnya.

Pastor Nikolas menerangkan bahwa apa yang dilakukan para suster dan paroki di Italia merupakan respon dari perintah Paus Fransiskus yang meminta seluruh Gereja Katolik di Eropa menerima dan menampung pengungsi sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Sehingga, kekuatan untuk menampung pengungsi antara satu gereja dan gereja lainnya tidaklah sama.

Sementara itu, Pastor Indro Pandego, yang berasal dari Keukuspan Lampung menambahkan, Paus Fransiskus telah memberi teladan kepada para pastor muda untuk benar-benar menjunjung tinggi nilai kemanusiaan tanpa menggunakan nilai diskriminasi. Meskipun tanpa koordinasi, seluruh gereja di Italia, langsung menjawab instruksi Paus Fransiskus.

“Saya tidak tahu, Gereja Katolik di negara lain dalam wilayah Eropa. Hanya saja, saya kira itu tidak berbeda dengan keadaan yang ada di Italia,” ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Taslim yang datang dengan membawa sejumlah bantuan berupa makanan dan susu, mengatakan bahwa bangsa Indonesia sebaiknya juga membantu pengungsi Timur Tengah sekalipun di Tanah Air juga terdapat sejumlah permasalahan sosial. Namun hal tersebut tidak boleh menjadi alasan untuk berhenti berbagi dengan sesama.

“Dalam keadaan bagaimana pun, pasti ada sesuatu yang bisa dibagikan terhadap sesama. Maka jangan pernah berhenti untuk berbagi”, ujar Taslim mengutip pesan yang pernah disampaikan mantan Presiden RI ke-4, Almarhum K.H. Abdulrahman Wahid (Gus Dur) kepadanya.

Sebenarnya yang mendapat pesan itu tidak hanya saya. Gus Dur yang memimpin Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) juga memberi pesan kepada sahabatnya Gregorius Alex Plate (Lexi) dan beberapa sahabat yang lain. Pesan itu bagi kami yang Katolik sangat mengena dan menjadi nilai tersendiri yang harus diperhatikan,” ujar Taslim.

Menurut Taslim, hanya dengan saling berbagi akan semakin mendekatkan diri kepada semangat solidaritas global menuju kesejahteraan umat manusia. (rmo.co)

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi