UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Kardinal desak pemerintah tarik pasukan dari daerah masyarakat adat

Nopember 12, 2015

Kardinal desak pemerintah tarik pasukan dari daerah masyarakat adat

Kardinal Luis Antonio Tagle bertemu dengan masyarakat adat pada 11 November di sebuah kamp di Manila.

 

Kardinal Luis Antonio Tagle, uskup agung Manila mendesak pemerintah Filipina menarik pasukan dari wilayah selatan Mindanao setelah ribuan masyarakat adat melarikan diri dari rumah-rumah mereka karena dugaan kekejaman dilakukan oleh tentara.

“Kami meminta para pemimpin pemerintah menjadi pemerintahan yang membawa perdamaian. Seruan ini dimaksud agar pemerintah menarik pasukan dari komunitas masyarakat adat kita,” kata Kardinal Tagle dalam sebuah pernyataan yang dibacakan di hadapan sekitar 700 masyarakat adat mengadakan protes sebulan di ibukota negara itu.

Kardinal Tagle juga menyerukan “pembubaran dan pelucutan kelompok paramiliter” yang telah berulang kali dituduh melakukan kekejaman terhadap masyarakat adat di bagian selatan negara itu.

Kardinal melakukan kunjungan kejutan ke tenda-tenda di jantung Manila pada 11 November, kurang dari satu kilometer dari kediaman uskup agung itu, yang berfungsi sebagai kamp darurat masyarakat adat dari Mindanao untuk melakukan protes kepada pemerintah.

“Apa yang terjadi dengan saudara dan saudari kita di Mindanao, mereka sedih dan takut,” kata Kardinal Tagle. “Beberapa dari mereka telah mengungsi dan bahkan tewas. Banyak yang terpaksa mengungsi dan meninggalkan rumah-rumah mereka dan tanah leluhur.”

Sekitar 700 orang suku dari Mindanao, yang dikenal sebagai lumad, tiba di Manila pada 26 Oktober untuk memprotes penarikan pasukan di masyarakat adat.

Pawai sebulan itu, dijuluki Manilakbayan atau “Pawai ke Manila,” bertujuan menciptakan kesadaran nasional tentang nasib masyarakat adat.

Data Katrbu, sebuah kelompok masyarakat adat menunjukkan bahwa 53 warga lumad tewas sejak 2010 ketika Presiden Benigno Aquino berkuasa. Dokumentasi Katribu menunjukkan bahwa pembunuhan terjadi tahun 2015, 13 orang tewas pada 1 September.

Pemimpin suku di Mindanao sebelumnya menyerukan para uskup di negara itu “secara aktif campur tangan mengakhiri militerisasi daerah itu di mana masyarakat adat tinggal.”

Dalam pernyataannya, Kardinal Tagle menyerukan militer Filipina dan pemberontak Front Demokratik Nasional, yang telah terlibat dalam perang selama lebih dari empat dekade untuk menciptakan “zona damai” di daerah masyarakat adat.

Uskup agung juga meminta bantuan untuk masyarakat adat yang telah meninggalkan rumah-rumah mereka dan masih tinggal di pusat-pusat evakuasi. “Mereka membutuhkan makanan, air, obat-obatan, perawatan dan pemahaman,” kata Kardinal Tagle.

Sebagai tanda solidaritas, uskup agung Manila menyerahkan amplop berisi uang 10.000 peso (sekitar 212 dolar AS) kepada orang-orang suku yang protes.

“Mari kita membantu mereka. Mari kita melakukan yang terbaik untuk mereka agar mereka bisa pulang ke rumah dan tanah mereka, dan tinggal di sana dengan aman dan damai,” kata kardinal. “Biarkan keadilan menang, dan mereka yang bersalah membunuh pemimpin suku harus bertanggung jawab.”

Sekitar 3.000 masyarakat adat masih tinggal di tempat penampungan sementara di Provinsi Surigao del Sur setelah melarikan diri dari desa mereka pada 1 September ketika pasukan paramiliter menembak dan membunuh dua pemimpin suku dan kepala sebuah sekolah suku.

Sumber: ucanews.com

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi