UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Banyak pekerja migran Filipina menghadapi eksekusi mati tahun 2016

Januari 6, 2016

Banyak pekerja migran  Filipina menghadapi eksekusi mati tahun 2016

 

Setelah eksekusi mati seorang pekerja Fillipina Joselito Zapanta di Arab Saudi pada 29 Desember, Filipina memiliki 79 pekerja migran lainnya yang menghadapi eksekusi di berbagai belahan dunia tahun 2016.

Kementerian Luar Negeri Filipina mengungkapkan bahwa 41 dari 79 warga Filipina menghadapi hukuman mati di Malaysia.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Charles Jose mengatakan mayoritas warga Filipina yang menghadapi hukuman mati di luar negeri terkait kasus narkoba.

Sebanyak 27 warga Filipina lainnya menghadapi hukuman mati di Arab Saudi di mana Zapanta dieksekusi mati setelah dia dinyatakan bersalah karena membunuh seorang warga Sudan terkait sengketa sewa.

‘Uang darah’

Zapanta dieksekusi mati karena keluarga korban menolak untuk menerima “uang darah” yang dikumpulkan oleh keluarga Zapanta.

Keluarga Zapanta dan kelompok lain mengumpulkan dana 23 juta peso (490.000 dolar AS) dari 1 juta dolar AS yang diminta oleh keluarga korban. Dana itu juga dibantu pemerintah.

Uskup Balanga Mgr Ruperto Santos mengatakan dana yang dikumpulkan oleh pemerintah dan swasta untuk uang darah Zapanta ini harus digunakan untuk keluarganya dan membantu para pekerja migran Filipina lainnya yang sedang menghadapi hukuman mati di negara lain.

“Uang darah harus dimanfaatkan untuk membebaskan para pekerja Filipina (di luar negeri yang berada di balik jeruji besi), dan juga membantu keluarga mereka,” kata Uskup Santos, ketua Komisi Migran dan Perantauan Konferensi Waligereja Filipina.

“Dana ini tidak boleh digunakan (oleh pemerintah) untuk kepentingan politik atau proyek lainnya,” kata Uskup Santos.

Uskup itu mengatakan bahwa karena uang darah berasal dari penderitaan dan pengorbanan para pekerja Filipina di luar negeri, “dana itu harus digunakan untuk memperbaiki kehidupan, mempromosikan kehidupan, dan mempertahankan kehidupan.”

“Tidak boleh menggunakan uang darah untuk kepentingan pribadi maupun motif politik,” kata Uskup Santos.

Prelatus itu mengatakan kematian Zapanta menunjukkan kerja keras dan bahaya yang dihadapi oleh warga Filipina di luar negeri.

“Ini selalu menjadi tantangan pastoral bagi kami untuk membantu pekerja migran Filipina dan menyiapkan mereka menghadapi budaya baru dan cara hidup di negeri asing,” kata Uskup Santos.

Sumber: ucanews.com

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi