UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Gereja-gereja di Tiongkok kurang antusias dengan pekan doa untuk persatuan

Pebruari 1, 2016

Gereja-gereja di Tiongkok kurang antusias dengan pekan doa untuk persatuan

 

Ketika mempersiapkan sebuah buku untuk Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani, Joseph Chen, seorang Katolik di Provinsi Zhejiang timur, belajar bahwa jalan untuk ekumenisme di Tiongkok tidak mudah.

Pemuda itu men-download beberapa doa dari internet, tapi mereka menggunakan terjemahan dari umat Protestan Tiongkok.

“Ketika saya menunjukkan buku ini kepada sesama umat saya, wajah tampak marah. Mereka kesal bahwa saya menggunakan versi Protestan,” kata Chen.

Pertemuan doa itu bukan diadakan paroki, tapi  “hanya sebuah inisiatif antara teman-teman,” katanya, seraya menambahkan, “Paroki kami tidak mengadakan doa seperti.”

Selama pekan doa tahun ini, yang diadakan 18-25 Januari, hanya dua orang Kristen muncul di pertemuan yang diadakan Chen, yang mengikuti tema berdasarkan Surat Santo Petrus: “Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya  yang ajaib” (Petrus 2: 9).

Tema itu digunakan oleh orang Kristen di seluruh dunia untuk berdoa bagi persatuan umat Katolik dan Protestan.

Meskipun Kristen memiliki umat terbanyak di Zhejiang, namun sedikit mempromosikan ekumenisme, atau persatuan di antara Gereja-gereja. Ada sekitar 2 juta umat Protestan dan 210.000 umat Katolik di provinsi pesisir itu, daerah yang menarik perhatian media internasional ketika lebih dari 1.700 salib dibongkar oleh otoritas  selama dua tahun terakhir.

Gereja Katolik tak terpengaruh dengan kampanye penghapusan salib, beberapa orang awam mengkritik media Katolik meliput penghapusan salib dari gereja-gereja Protestan.

Di negara tetangganya Provinsi Jiangsu, seorang imam mengidentifikasi dirinya sebagai Pastor James mengatakan Gereja-gereja Kristen di Tiongkok pada umumnya tak melakukan apa-apa tentang ekumenisme.

“Beberapa denominasi lebih melihat sesama Gereja sebagai saingan,” kata Pastor James.

‘Ekumene, prioritas yang rendah’

Di Provinsi Heilongjiang di timur laut, Kristen pernah berkembang di kota Harbin karena hubungan dekat dengan Rusia di masa lalu. Gereja Ortodoks Rusia, gereja Protestan dan gereja Katolik ditemukan di jalan yang sama.

Namun, seorang Katolik Harbin, yang mengidentifikasi dirinya sebagai Maria, mengatakan kepada ucanews.com, ada sedikit interaksi antara berbagai denominasi.

“Kami memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan secara internal karena komunitas kami masih berkembang,” kata Maria. “Jadi promosi kesatuan Kristen memiliki prioritas yang sangat rendah,” katanya.

“Kami semua tahu keberadaan satu sama lain, tetapi tidak ada kerja sama antara kami. Kami hanya bertemu satu sama lain ketika ada pertemuan tingkat tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk agama,” kata Maria.

Gereja Ortodoks sekarang hanya digunakan oleh Rusia dan asing lainnya, tambahnya.

Di Gereja Protestan, banyak yang pernah mendengar tentang pekan doa yang diprakarsai oleh imam Anglikan AS Pendeta Paul Wattson tahun 1908. Mereka juga menemukan jalan menuju kesatuan adalah sulit.

Seorang tokoh Protestan dari Provinsi Jiangsu mengatakan dia setuju ada kebutuhan untuk dialog di antara orang-orang Kristen, “tetapi bisakah semua orang berbicara satu sama lain dengan tenang dan damai?”

Tokoh awam yang mengidentifikasi dirinya sebagai Elizabeth mengatakan kepada ucanews.com bahwa seorang pemuda Katolik datang ke komunitas mereka di Suzhou baru-baru ini.

“Dia tidak bisa menemukan tempat ibadah lain setelah ia datang ke sini. Karena ia bisa bergaul dengan baik dengan anak-anak kami di sini, kami siap menerima dia dan kami berdoa bersama-sama,” kata Elizabeth.

“Tapi, ibunya tidak suka setelah mengetahui bahwa anaknya berdoa bersama kami dan meminta dia untuk tidak boleh datang lagi.”

Elizabeth juga dipengaruhi oleh denominasi sebelumnya bahwa dia bergabung ketika dia masih muda.

“Mereka mengatakan kepada saya bahwa Gereja Katolik itu anti-Kristus,” kata Elizabeth.

Setelah ia belajar sejarah Kristen, ia memiliki pandangan yang lebih adil tentang agama Katolik. “Saya harus merenung dan bertobat juga,” katanya.

“Jika kita orang Kristen bisa bersatu dan damai, dengan sabar menunggu kembalinya saudara-saudara kita di dalam Kristus, dan bersedia untuk berkorban, situasi Gereja Kristen di Tiongkok mungkin sangat berbeda hari ini … siapa tahu,” tambahnya.

Sumber: ucanews.com

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi