UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Gereja bantu para pengungsi akibat konflik di antara militer kelompok pemberontak

Maret 15, 2016

Gereja bantu para pengungsi akibat konflik di antara militer kelompok pemberontak

Ribuan warga terpaksa mengungsi akibat konflik di antara militer dan kelompok pemberontak.

 

Badan sosial Gereja Katolik, Karuna Lashio, telah menyuarakan keprihatinan atas meningkatnya jumlah pengungsi di Negara Bagian Shan menyusul pertempuran yang  memaksa ratusan orang meninggalkan rumah-rumah mereka.

Konflik baru di antara militer dan kelompok pemberontak dari Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang pecah pada 8 Maret memaksa lebih dari 800 orang, sebagian besar warga suku Palaung, meninggalkan rumah-rumah mereka.

Mereka telah bergabung dengan sekitar 4.000 pengungsi lainnya yang telah lolos dari pertempuran di negara bagian itu sejak awal Februari, menurut kelompok bantuan.

“Kami masih mengamati dan menilai situasi untuk merespon dengan bantuan kemanusiaan,” kata Eddie, manajer proyek Karuna Lashio, 14 Maret.

Lway Po Sayki, seorang anggota komite eksekutif Organisasi Wanita Ta’ang, mengatakan mereka menyediakan beras dan  makanan lain, tapi berjuang untuk mendapatkan dukungan dari sumbangan lokal.

“Makanan sangat dibutuhkan karena sedikit organisasi telah menawarkan dukungan dan para pengungsi  harus tetap berada di tempat penampungan karena beberapa desa mereka dibakar oleh militer,” kata Lway Po Sayki kepada ucanews.com.

Biara-biara Buddha telah menjadi tempat penampungan sementara bagi banyak pengungsi, sementara yang lain sedang menawarkan perlindungan pada  penduduk setempat dari desa-desa yang tidak berdampak akibat pertempuran itu, menurut pekerja bantuan.

Bentrokan sporadis juga baru-baru ini terjadi  di daerah lain di Myanmar seperti  Kachin,  Rakhine, yang para pengamat mengatakan hal itu akan merusak upaya pemerintah untuk mengakhiri konflik dengan kelompok etnis minoritas.

Peter Lama Naw Aung, seorang Katolik dan anggota Majelis Rendah  mengatakan  perdamaian adalah penting untuk Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang memimpin pemerintah jika ingin memajukan Myanmar.

“Prioritas pertama pemerintah baru adalah  perdamaian dan perlu ada kesepakatan gencatan senjata inklusif sehingga mereka dapat melanjutkan dengan dialog politik,” kata Lama Naw Aung, kepada ucanews.com.

NLD yang dipimpin Kyi Aung San Suu, yang menang telak melawan Partai Uni Solidaritas dan Pembangunan yang didukung militer pada  pemilu November, telah bersumpah untuk menempatkan upaya perdamaian di bagian atas semua agenda.

Negara ini menderita berbagai  konflik internal sejak memperoleh kemerdekaan dari Inggris tahun 1948.

Sumber: ucanews.com

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi