UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

 Perdamaian di Mindanao tetap sulit dipahami meskipun kerja keras

April 8, 2016

 Perdamaian di Mindanao tetap sulit dipahami meskipun kerja keras

 

Perdamaian di wilayah Mindanao, Filipina bagian selatan tetap sulit dipahami meskipun kerja keras terus menerus dari para pendukung di wilayah itu, demikian kelompok perdamaian antaragama.

“Kita telah melupakan hal-hal dasar,” kata Yusuf Roque Morales, pejabat Komisi Nasional Muslim Filipina di awal pertemuan pembangunan perdamaian selama empat hari di Kota Zamboanga.

Morales mencatat bahwa hampir 10 tahun setelah para pemimpin Muslim mengeluarkan sebuah surat terbuka kepada orang-orang Kristen tahun 2007 bahwa “perdamaian tetap sulit dipahami.”

Para ulama  Muslim dari seluruh dunia merilis dokumen itu, “A Common Word between Us and You” tahun 2007 untuk menyerukan perdamaian di antara Muslim dan Kristen.

Namun, Morales mengatakan tantangan dasar tetap ada, terutama di Mindanao, “bagaimana menghubungkan kata umum, yaitu kasih Allah dan kasih sesama.”

Dia mengatakan memahami konsep cinta adalah “cara untuk menghadapi ekstremisme.”

“Bangun damai sejahtera adalah tradisi agama kita, tidak mencari perbedaan dalam agama-agama adalah tujuan dari pembangunan perdamaian,” kata Pastor Angel Calvo, ketua Solidaritas Antaragama untuk Perdamaian, sebuah kelompok yang bekerja mempromosikan kerukunan di antara Muslim dan Kristen di Mindanao.

Imam, yang telah bekerja di Mindanao selama lebih dari empat dekade itu, mencatat tantangan dalam mempromosikan perdamaian di Kota Zamboanga  dan Basilan, sebuah provinsi tetangga, tempat-tempat yang Pastor Calvo menggambarkan sebagai “rawan konflik agama dan diskriminasi.”

Pastor Calvo mengatakan kelompoknya telah berusaha mempromosikan perdamaian dengan terlibat dalam kegiatan, seperti merayakan “Iftar” atau berbuka puasa selama bulan suci Ramadan, dan perayaan Natal bersama “sebagai cara untuk mempromosikan perdamaian.”

Dalam beberapa pekan terakhir, pemerintah Filipina dan pemberontak Front Pembebasan Islam Moro berjanji untuk menegakkan perdamaian karena kegagalan pemerintah untuk menerapkan kesepakatan perdamaian 2014 di Mindanao.

“Bersama-sama, kami terus bergerak semakin maju… dan menjaga iman bahwa pada akhirnya, kedamaian akan selalu menang,” kata Teresita Quintos Deles, penasehat perdamaian pemerintah.

Kongres Filipina gagal mengesahkan hukum Dasar Bangsamoro, hasil dari 18 tahun perundingan perdamaian antara pemerintah Filipina dan pemberontak Moro.

Hukum itu akan membentuk sebuah entitas politik otonom baru yang dikenal sebagai Bangsamoro di Mindanao yang akan menggantikan Otonomi Daerah saat ini di Mindanao.

Sumber: ucanews.com

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi