UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Paus: Etika harus membimbing penelitian medis melindungi martabat manusia

Mei 2, 2016

Paus: Etika harus membimbing penelitian medis melindungi martabat manusia

 

Keprihatinan Moral dan etika harus memandu penelitian medis sehingga mereka selalu melindungi kehidupan dan martabat manusia, kata Paus Fransiskus.

Dengan cara itu, pendidikan dan penelitian dapat berusaha “melayani nilai yang lebih tinggi, seperti solidaritas, kemurahan hati, berbagi pengetahuan, menghormati kehidupan manusia, dan cinta persaudaraan  tanpa pamrih,” katanya, selama audiensi dengan para peserta konferensi tentang penelitian sel induk dewasa, 29 April, di Vatikan.

Wakil Presiden AS Joe Biden hadir dan berpidato pada konferensi itu selama 29 menit terkait kebutuhan untuk mencegah, mengakses dalam memerangi kanker.

Konferensi ini melihat aspek teknik dan eksperimental saat ini dalam menggunakan sel induk dewasa untuk melawan penyakit, khususnya penyakit langka yang diderita anak-anak.

Konferensi berlangsung 28-30 April itu disponsori oleh Dewan Kepausan untuk Kebudayaan Vatikan.

Berbicara kepada peserta di aula Paulus VI di Vatikan, Paus mengatakan orang menderita penyakit langka “sering tidak diberikan perhatian yang cukup.”

Bahkan, Paus mengulangi seruannya terkait “pengucilan ekonomi dan ketidaksetaraan yang mengorbankan manusia ketika mekanisme keuntungan menang atas nilai kehidupan manusia.”

“Inilah sebabnya mengapa ketidakpedulian dunia harus dilawan oleh empati dunia” sehingga sumber daya akan didedikasikan untuk menemukan obat dan orang akan diizinkan untuk mengakses pengobatan, katanya.

“Kita tahu bahwa kita tidak dapat menemukan obat cepat untuk penyakit yang kompleks, tapi kita bisa cepat dalam merawat orang-orang ini, yang sering merasa ditinggalkan dan diabaikan,” katanya.

Orang harus peka terhadap semua orang terlepas dari keyakinan agama mereka, status sosial atau latar belakang budaya, katanya.

Dalam sambutannya, sebelum Paus tiba, Biden berbicara tentang kepedulian ketika Bapa Suci bertemu dia dan keluarganya secara pribadi selama kunjungannya ke Amerika Serikat pada September lalu.

Biden kehilangan anaknya berusia 46 tahun, Beau, akibat kanker otak pada Mei 2015.  Ia mengatakan bahwa selama pertemuan pribadi di sebuah pesawat di Philadelphia, kata Paus, doa dan kehadiran “membuat kita lebih nyaman.”

Biden, seorang Katolik, mengatakan keluarganya, seperti banyak orang lain di seluruh dunia, telah melihat “bagaimana iman bisa mengubah penderitaan menjadi harapan, dan harapan ke dalam tindakan.”

“Bapa Suci telah memberikan harapan kepada begitu banyak orang, dari semua agama, di setiap bagian dunia, dengan kata-kata yang kuat dan cara yang sederhana,” katanya.

Sumber: ucanews.com

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi