UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Imam, mantan pecandu narkoba, menyerukan belas kasih

Agustus 9, 2016

Imam, mantan pecandu narkoba, menyerukan belas kasih

 

Pastor Angelo Dizon OFM, seorang imam misionaris berusia 41 tahun, mengetahui bagaimana kecanduan narkoba menjadi orang buangan, yang harus ditakuti dan dihukum.

“Saya sudah kena,” katanya, seraya menambahkan bahwa mereka yang kecanduan narkoba harus diberikan “cinta dan belas kasih.”

“Marilah kita membimbing mereka kembali dan keluar dari kegelapan ketergantungan pada narkoba,” kata Pastor Dizon di tengah laporan bahwa ratusan pengguna narkoba telah tewas dalam perang terhadap narkoba.

Imam itu mengakui bahwa sebelum masuk seminari ia mengalami “hari-hari paling gelap” dalam hidupnya dan “terasa hampa.”

Pastor Dizon lahir di luar nikah. Seorang kerabat memandi dia dengan “begitu cinta dan belas kasih” serta melindungi dia dari realitas dunia yang membesarkan dia.

Ketika ia belajar tentang orangtua kandungnya, ia bingung. “Saya sedang mencari udara untuk bernapas,” katanya. Dia mengetahui dan menggunakan narkoba yang diperkenalkan teman-temannya.

Setiap hari ia menggunakan narkoba menjadi rutinitas sampai ia memakai setiap lima jam. “Saya mulai kehilangan diri saya, pikiran saya, dan iman saya,” kenangnya.

Kecanduan itu mendorongnya jauh dari keluarganya. “Saya kehilangan segalanya,” katanya. “Saya diejek dan menjadi bahan tertawaan di antara teman-teman.”

Mempertanyakan Tuhan

Kemudian suatu hari, ia bertanya mengapa Tuhan membiarkan dia tersesat. “Saya berkata, saya memiliki mimpi dan ambisi juga,” katanya.

Perlahan, ia hidup kembali. Ia kembali ke sekolah dan bergabung dengan “Legio Maria” bahkan sambil terus menggunakan narkoba “dalam dosis rendah.”

“Lalu saya menyadari bahwa saya bisa hidup tanpa narkoba,” katanya. Ia menemukan bahwa keluarganya tidak meninggalkan dia. “Mereka merangkulku bahkan di tahun-tahun saya kehilangan pegangan saya pada mereka.”

“Saya benar-benar merindukan seseorang untuk menahan saya, memberitahu saya bahwa saya penting juga, saya juga memiliki tujuan,” katanya.

“Tuhan menjawab doa saya,” kata Pastor Dizon. “Orang-orang seperti saya perlu bukan hanya perawatan medis, namun pembentukan spiritual,” katanya.

Pada usia 27 tahun, ia memutuskan masuk seminari.

“Apakah kamu dalam pengaruh narkoba?” tanya ibunya. “Bagaimana bisa Anda memutuskan untuk menjadi seorang imam?”

Pastor Dizon mengatakan dia yakin bahwa ia “dipanggil menjadi seorang imam.”

“Saya sangat yakin bahwa saya ingin menjadi seorang imam, berterima kasih kepada Tuhan untuk setiap hari dalam hidup saya dari narkoba,” katanya.

Kasih dan belarasa

Pastor Cielo Almazan, wakil provinsial Fransiskan di Filipina, mengatakan orang-orang yang menjadi korban narkoba harus diberikan rasa “kasih sayang” sebelum mereka melepaskan narkoba.

“Mereka masih memiliki kebaikan dalam hati mereka bahwa kita harus membantu mereka melihat,” kata imam yang juga mengepalai Asosiasi Para Pemimpin Religius di Filipina.

Sebagai pemimpin Gereja negara itu, Pastor Almazan telah mengecam serentetan eksekusi dari pengguna narkoba yang dicurigai.

“Mereka seharusnya diberi kesempatan menyadari bahwa mereka masih bisa keluar,” kata imam itu.

Dia mengakui bahwa Gereja Katolik di Filipina perlu berbuat lebih banyak membantu mereka yang tertangkap akibat narkoba.

“Kita harus lebih banyak berbuat, membantu dan mendukung,” katanya.

“Siapakah kita mengatakan bahwa orang-orang yang dicap sebagai pecandu narkoba tidak memiliki kesempatan untuk menemukan jalan yang benar untuk kehidupan yang benar?” kata imam.

Dia menyerukan umat menjangkau mereka yang membutuhkan doa dan bantuan.

“Kita harus pergi ke mereka dan memberitahu mereka bahwa itu tidak terlambat, masih ada kehidupan menunggu mereka.”

Sumber: ucanews.com

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi