Para pemimpin Gereja Katolik mengatakan mereka “tidak berdaya” menghentikan pembunuhan di luar hukum yang semakin meningkat di Filipina setelah Presiden Rodrigo Duterte menyerukan perang terhadap orang-orang terkait obat-obatan terlarang (narkoba).
“Apa yang saya prediksikan adalah bahwa hal itu terjadi, dan Gereja tidak berdaya menghentikan pembunuhan,” kata Pastor Amado Picardal, Ketua Komisi Komunitas Basis Gereja Konferensi Waligereja Filipina.
Imam Redemptoris itu mengatakan pembunuhan “sudah tak terbendung,” seraya menambahkan bahwa sejumlah pemimpin Gereja kehilangan harapan.
Pastor Picardal, yang telah mengaitkan presiden itu dengan pembunuhan harus bertanggung jawab sekitar 1.424 orang tewas, seraya memperingatkan “prospek gelap” bagi Filipina menyusul terpilihnya Duterte pada Mei.
Selama kampanye presiden, Duterte berjanji menghentikan kriminalitas, khususnya perdagangan narkoba dan korupsi dalam enam bulan pertama masa jabatannya.
Diperkirakan jumlah orang tewas sejak ia terpilih pada Mei lebih dari 600 orang, dengan 211 dibunuh oleh orang bersenjata tak dikenal.
Terganggu oleh pembunuhan
Uskup Agung Lingayen-Dagupan Mgr Socrates Villegas, ketua presidium Konferensi Waligereja Filipina, menyerukan kepada pemerintah Filipina tentang rasa kemanusiaan di tengah pembunuhan tersebut.
“Ada suara kecil tentang kemanusiaan dalam diri kami dan saya merasa terganggu dengan pembunuhan itu,” kata uskup itu dalam pernyataan yang dibacakan di gereja-gereja di keuskupan-keuskupan akhir pekan.
Dia mencatat bahwa “suara manusia tenggelam oleh suara keras dari balas dendam atau dibungkam oleh pengaruh politik.”
“Saya sebagai seorang uskup sebenarnya tidak perlu mengatakan hal ini. Saya tidak perlu menjadi seorang Katolik diganggu oleh pembunuhan. Kami setiap hari mendengar atau menonton atau membaca berita terkait pembunuhan,” kata Uskup Agung Villegas.
‘Lepas kendali’
Pastor Virgilio Canete dari Keuskupan Agung Palo mengatakan pembunuhan berada “di luar kendali.”
Pernyataan imam datang setelah tiga tersangka narkoba ditemukan terbunuh di kota Tacloban pekan lalu dekat di mana Paus Fransiskus merayakan Misa pada Januari 2015.
Pada 3 Agustus, enam orang terkait dengan sindikat narkoba tewas dalam operasi polisi di kota kecil Albuera di Provinsi Leyte.
“Hanya polisi dan presiden bisa menghentikan pembunuhan dengan menyatakan moratorium,” kata Pastor Canete.
“Gereja tidak bisa melakukan apa-apa sekarang,” kata imam itu.
Sumber: ucanews.com