- UCAN Indonesia - https://indonesia.ucanews.com -

Pimpinan Gereja bertekad memerangi radikalisme dan terorisme

 

Pimpinan Katolik dan Protestan di Indonesia bertekad ikut memerangi radikalisme dan terorisme, merespon masih menguatnya ekstrimisme di kalangan masyarakat, termasuk dengan berkembangnya kelompok ISIS.

Hal itu mereka tegaskan dalam sebuah pernyataan usai seminar di Jakarta pada Senin 22 Agustus, yang diselenggarakan oleh Forum Umat Kristiani Republik Indonesia (FUKRI) – gabungan pimpinan sejumlah lembaga Gereja Protestan dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) serta Gereja Ortodoks.

“Kami memandang bahwa pada saat ini radikalisme dan terorisme menjadi ancaman serius bagi kemanusiaan,” demikian isi pernyataan mereka.

“Kami mengajak seluruh warga masyarakat untuk waspada terhadap paham radikal yang dikembangkan oleh kelompok-kelompok tertentu.”

Mereka menegaskan, sebagai bagian dari bangsa Indonesia, umat Kristiani berkomitmen untuk berupaya bersama pemerintah mencari solusi terbaik dalam menghadapi radikalisme dan terorisme.

“Kami memandang pentingnya peran serta masyarakat dalam bentuk sikap yang tidak permisif atau acuh tak acuh terhadap situasi di sekitar,” lanjut mereka.

Desakan itu mereka sampaikan menyikapi laporan bahwa radikalisme masih tinggi di kalangan masyarakat, yang dipicu oleh masih berkembangnya ideologi radikal akibat adanya kesenjangan sosial ekonomi.

Hasil survey yang dirilis awal bulan ini oleh Wahid Foundation, sebuah organisasi yang mempromosikan toleransi beragama serta Lembaga Survei Indonesia, misalnya, menunjukkan bahwa 8,1 persen atau 12 juta Muslim dewasa di Indonesia berpotensi melakukan tindakan radikal.

Pengaruh ISIS di Indonesia, juga disebut mengkuatirkan.

Solahudin, peneliti dari pusat kajian terorisme dan konflik sosial Universitas Indonesia juga menyebut bahwa kini ISIS menjadi salah satu pemasok dana bagi kelompok radikal di Indonesia.

“Sumber dana teroris sejak tahun 2010 – 2015 lebih banyak dari aksi perampokan. Tahun 2016 mengalami perubahan dimana ada sumber dana yang masuk dari luar. ISIS membiayai adanya teror di Indonesia,” kata Solahudin yang hadir dalam seminar.

Djoko Mulyono, Direktur Keamanan Negara Baintelkam Mabes Polri mengatakan, mereka saat ini melakukan beragam cara untuk menangkal terorisme, mulai dari langkah kontra radikal hingga deradikalisasi.

Kontra radikal, kata dia, adalah dengan menganimasi orang yang belum terkontaminasi paham ekstrem, lewat ceramah, seminar, dan diskusi, sehingga mereka imun ketika ada paham paham radikal yang mencoba masuk.

Sementara deradikalisasi diberikan kepada mereka yang sudah terpapar paham radikal, yakni kepada narapidana terorisme dan mantan narapidana terorisme.

Romo Edy Purwanto, Sekertaris Eksekutif KWI mengatakan, untuk Gereja Katolik, selain mendukung berbagai upaya pemerintah, mereka juga akan menggalakkan secara internal pendidikan kebangsaan, baik di kalangan tokoh-tokoh Gereja, juga para umat.

“Ini sudah dimulai dan akan kita teruskan di masa yang akan datang,” tegasnya dalam wawancara dengan ucanews.com.

Ia mengatakan, yang menjadi tantangan Gereja saat ini adalah bagaimana menjalin komunikasi, silahturahmi dengan kelompok-kelompok fundamentalis.

“Itu sesuatu yang penting. Kita bukan pertama-pertama bermaksud untuk mengendalikan mereka, tetapi bagaimanapun juga konsep radikalisme muncul dari ketidaktahuan, dari salah persepsi terhadap orang lain,” katanya.

“Silahturahmi yang intensif akan mencairkan kebekuan-kebekuan dan cara pandang yang sempit yang selama ini ada pada kelompompok radikal,” katanya.

Ryan Dagur, Jakarta

Baca juga: ucanews.com [1]