- UCAN Indonesia - https://indonesia.ucanews.com -

Para uskup Filipina berbicara menentang pembunuhan

 

Konferensi Waligereja Filipina telah menyatakan “kesedihan dan dukacita” mereka terkait jumlah orang tewas terus meningkat akibat perang anti-narkotika di negara itu.

“Kematian oleh teror dan kekerasan, kematian oleh tangan sesama kita adalah dosa, namun tidak boleh membalas dendam,” demikian pernyataan yang dirilis Konferensi Waligereja Filipina pada 15 September.

Ini adalah pertama kalinya para uskup telah mengkritik pembunuhan sejak Presiden Rodrigo Duterte meluncurkan perang habis-habisan melawan narkoba setelah menjabat pada 30 Juni.

Hingga 15 September, sebanyak 1.105 pengedar dan pengguna narkoba telah tewas selama operasi polisi, sementara 2.035 telah diklasifikasikan sebagai “kematian dalam penyelidikan,” menurut polisi.

“Kami berduka bersama Anda dengan kematian yang telah kami saksikan dalam masyarakat kita, kematian tidak masuk akal di tangan saudara kita,” demikian pernyataan berjudul: I will turn their mourning into joy [1].”

Para uskup mengatakan, selain berduka atas “kematian akibat operasi polisi dan kematian akibat pembunuhan di luar hukum,” mereka juga menyatakan kesedihan terkait “kematian yang tidak perlu” yang disebabkan oleh penyakit dan kecelakaan serta serangan bom di Davao City awal bulan ini.

Para uskup mendesak keluarga mereka yang ditinggalkan untuk “mencari keadilan, tapi tidak boleh melakukan balas dendam.”

Kepada “semua aparat penegak hukum,” para uskup berdoa agar “tabah dan bijaksana” menghormati hak asasi manusia.

Seruan perubahan

Para uskup mengatakan kematian, kecanduan, kriminalitas, dan bahkan erosinya nilai-nilai dalam masyarakat Filipina menantang setiap orang untuk menjamah hati mereka.

“Jika perdamaian dimulai dalam hati, begitu pula kekerasan dan dosa. Kita semua bertanggung jawab untuk kesulitan yang kita hadapi,” tambah mereka dalam pernyataan itu.

Para uskup menyerukan para pecandu “untuk berbalik kepada Tuhan dan menerima hidup baru.”

Setidaknya 710.961 pengguna dan pengedar narkoba telah menyerahkan diri ke polisi sejak 30 Juni.

“Para pecandu narkoba adalah anak-anak Allah dengan memiliki martabat yang sama. Pecandu narkoba adalah saudara kita yang sakit yang membutuhkan pemulihan menuju hidup baru. Mereka adalah pasien meminta untuk disembuhkan,” kata para uskup.

Sumber: ucanews.com [2]