- UCAN Indonesia - https://indonesia.ucanews.com -

Di Manado, OMK belajar merawat toleransi beragama

Ribuan orang muda Katolik di Indonesia mengikuti kegiatan live in di tengah-tengah keluarga Katolik dan non Katolik, di mana mereka belajar tentang bagaimana merawat toleransi dalam kehidupan beragama.

Live in ini merupakan bagian dari acara Indonesia Youth Day kedua yang berlangsung pada 1-6 Oktober di Keuskupan Manado, Sulawesi Tenggara.

Sebanyak 2.600 OMK dari 37 keuskupan ikut dalam event bertema “OMK: Sukacita Injil di Tengah Masyarakat yang Majemuk”  tersebut.

Selama 1-3 Oktober, mereka  disebar di 38 dari total 64 paroki di Keuskupan Manado.

Pastor Rheinner Saneba dari bagian humas IYD mengatakan kepada Ucanews.com, selama live in ini, OMK mengikuti dinamika masyarakat dan mempelajari bagiamana semangat toleransi dipelihara.

Sulawesi Utara, di mana mayoritas adalah Protestan dan penganut Katolik hanya 6,25 juta, merupakan salah satu daerah yang mampu merawat toleransi di antara pengaut agama yang berbeda, kata Pastor Saneba.

“Dengan live in ini, di mana OMK belajar untuk saling menghargai di tengah berbagai macam perbedaan, kemudian bisa berperan aktif dalam upaya menjaga toleransi,” katanya.

“Kami berharap mereka bisa belajar dari masyarakat bagaimana orang dengan agama berbeda bisa saling menghargai dan menciptakan kerukunan, sehingga OMK bisa kembali ke daerahnya nanti dan mempraktekkan apa yang mereka alami selama live in ini,” katanya.

Ia mengatakan, pilihan untuk mengangkat tema tentang kemajemukan, berangkat dari fakta di mana Indonesia, negara dengan mayoritas Muslim masih menghadapi masalah dalam hal toleransi beragama.

Meksipun menurut survei Kementerian Agama pada Februari tahun ini, misalnya,  dinyatakan bahwa pada tahun 2015, rata-rata nasional kerukunan umat beragama berada pada poin 75,36 dalam rentang 0-100, namun masih tercatat sejumlah kasus termasuk konflik pendirian pendirian rumah ibadah dan aksi kekerasan atas nama agama.

Selain itu, survei terbaru dari Wahid Foundation, organisasi yang fokus pada isu kebebasan beragama menunjukkan bahwa sekitar 11 persen umat Muslim di Indonesia berpotensi melakukan tindakan intoleransi.

Pastor Rhein mengatakan, Gereja Katolik merasa perihatin dengan gejala demikian.

“Dalam hal ini, Gereja meletakkan harapan besar dalam diri orang muda untuk bagaimana terlibat aktif merawat toleransi,” katanya.

“Mereka diharapkan menjadi pelopor perdamaian, tidak hanya di kalangan internal Gereja, tetapi dalam relasi dengan agama lain,” katanya.

Leri Laurensius Tering, Kepala Desa Poopoh di Kabupaten Minahasa, yang menyambut 9 OMK dari Keuskupan Bandung, Jawa Barat mengatakan, mereka warga setempat sangat senang dengan kehadiran para OMK.

Desanya, kata dia, yang terdiri dari 412 kepala keluarga, di mana Katolik 67 kepala keluarga, sudah sejak lama mempertahankan kerukunan.

“Selama ini tidak ada konflik, malah terjalin kerja sama antarumat beragama,” katanya.

“Saat perayaan natal, Gereja dijaga oleh remaja masjid. Begitu sebaliknya, waktu Idul Fitri, OMK menjaga keamanan di Masjid,” lanjut Tering.

Veronika Dina Maryani, mahasiswi 21 tahun dari Keuskupan Bandung mengatakan, ia diterima dengan senang hati oleh sebuah keluarga Muslim di Poopoh.

“Kami bisa saling menghargai, berdoa masing-masing menurut agama kami, tanpa merasa canggung,” katanya.

Ia mengatakan, ia menyaksikan bagaimana umat Katolik, Protestan dan Muslim di kampung itu bisa berdampingan satu sama lain.

“Dari perjumpaan dengan keluarga tersebut, saya belajar untuk bisa terus bergaul dengan umat agama lain. Karena perbedaan bukanlah sebuah penghalang untuk bergaul,” katanya.

Selama live in, OMK mengadakan Misa, sharing Kitab Suci, dan mengikuti rutinitas warga.

Romo Dino Kalalo, Pastor Paroki Hati Kudus Yesus mengatakan, ia berharap dengan kegiatan ini, OMK menyadari bahwa tanggung jawab mereka sebagai agen-agen Gereja dalam membawa misi pesan-pesan Injil.

“Injil itu kita hidupi, tidak hanya sebatas dalam liturgi ekaristi, tetapi lliturgi kehidupan, dalam kehidupan sosial kemasyarakatan,” katanya.

Acara live ini berlangsung hingga Selasa siang, 4 Oktober, di mana pada sore harinya, semua OMK akan berkumpul di Stadion Klabat di kota Manado dan terlibat dalam berbagai program seperti seminar, katekese, adorasi, pengakuan dan berbagi kesaksian sampai upacara penutupan pada 6 Oktober malam.

Ryan Dagur, Manado