UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

2 pemuda raih Frans Seda Award

Oktober 5, 2016

2 pemuda raih Frans Seda Award

Nursyda Syam (berjilbab) turut hadir dalam konferensi pers bersama panitia Frans Seda Award.

 

Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (Unika Atma Jaya) kembali menganugerahkan Frans Seda Award (FSA) 2016 kepada pemuda asal Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Keduanya dinilai memiliki semangat pengabdian nyata bagi Tuhan dan Tanah Air melalui bidang pendidikan dan kemanusiaan.

“Pada 2016 ini sosok yang muncul adalah insan muda luar biasa dari Nusa Tenggara, yakni Martinus Rato Helmon dari NTT sebagai Peraih Frans Seda Award Bidang Kemanusiaan dan Nursyda Syam dari NTB sebagai Peraih Frans Seda Award Bidang Pendidikan,” ungkap Ketua Dewan Juri Frans Seda Award 2016 Totok Amin Soefijanto saat konferensi di Jakarta, Selasa (4/10), seperti dilansir Beritasatu.com.

Konferensi pers ini dihadiri Bendahara Yayasan Atma Jaya, Stefanus Ginting, Rektor Unika Atma Jaya, A Prasetyantoko, Wakil Rektor III Kristanto, Ketua Pelaksana FSA 2016, Dhevy Setya Wibawa, serta Martinus Rato Helmon dan Nursyda Syam.

Totok mengungkapkan kedua peraih Frans Seda Award 2016 diseleksi dari ratusan tokoh lokal muda yang inspiratif di bidang pendidikan dan kemanusian di seluruh Indonesia. Kandidat dan nominasi dikumpulkan dari berbagai sumber dengan dengan tiga jalur yaitu, perlombaan, ragam rekomendasi, penjaringan bersama mahasiswa, dan pengajuan tokoh itu sendiri ke panitia FSA.

Panitai FSA 2016 juga menyelenggarakan berbagai kegiatan seperti kompetisi blog, membuat video profil tokoh, dan kompetisi bagi jurnalis online, cetak, dan televisi. Setelah terkumpul ratusan artikel profil para tokoh dari seluruh Indonesia, panitia memberikan profil tersebut kepada kami (dewan juri) untuk memilih 10 nominator.

“Akhirnya kami memilih 2 pemenang yang berkiprah dalam bidang pendidikan dan kemanusiaan. Kami juga mendatangi langsung para nominator untuk menyaksikan program kerja yang mereka jalankan,” terangnya.

Kategori penilaian yaitu kesesuaian aktivitas dengan nilai-nilai FSA, kualitas program, manfaat untuk kepentingan masyarakat, keberlanjutan untuk masa mendatang, dan dampaknya bagi masyarakat luas.

Berdasarkan kriteria tersebut, terpilihlah dua Peraih Frans Seda Award 2016 yaitu untuk Bidang Kemanusiaan, Martinus Rato Helmon, dari Yayasan Cinta Indonesia di Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur. Bidang Pendidikan, yaitu Nursyda Syam, Klub Baca Perempuan dari Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.

Ketua Pelaksana FSA 2016 Dhevy Setya Wibawa menuturkan sejak dirintisnya Frans Seda Award pada 2011, pihak Unika Atma Jaya telah menganugerahkan penghargaan pada 2012 dan 2014. Pada 2012, terpilih Octovina Reba Bonay, bidan pejalan kaki di kampung-kampung Papua sebagai Peraih Frans Seda Award Bidang Kemanusiaan dan Christanti Gomulia, perintis pembelajaran bertaraf global berbiaya lokal di Garut sebagai Peraih Frans Seda Award Bidang Pendidikan.

“Pada 2014, insan yang terpilih sebagai Peraih Frans Seda Award Bidang Pendidikan adalah Nazaruddin dari Lubuk Kertang, Sumatera Utara, sedangkan untuk Peraih Frans Seda Award 2014 Bidang Kemanusiaan adalah Masnu’ah dari Demak, Jawa Tengah,” ungkap Dhevy.

Martinus Rato Helmon dan Nursyda Syam, lanjutnya, adalah sosok-sosok muda luar biasa dari Nusa Tenggara yang sama-sama memilih untuk kembali dan membangun daerahnya ketimbang mengembangkan diri di kota-kota besar tempat mereka menuntut ilmu. Dengan ketekunan, kesederhanaan, dan keikhlasan, mereka merintis berbagai karya pengabdian bagi masyarakat dengan menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman.

“Dalam keterbatasan mereka tidak menyerah, seraya tak henti berjibaku untuk menggelorakan simfoni tanpa henti pengabdian mereka,” tegas Dhevy.

Martinus Rato Helmon, tokoh muda dari Mukun, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, dengan semangat menggerakkan masyarakatnya untuk berwirausaha sosial dengan cara yang paling mudah, yakni menabung Rp 1.000 per hari. Modal yang terkumpul kemudian diputar untuk menggerakkan roda ekonomi daerahnya. Tak berhenti di situ, ia menggalakkan sertifikasi tanah di wilayahnya dan mengubahnya menjadi kolateral bekerja sama dengan Bank NTT bagi modal penduduk dalam berkarya.

Dalam waktu cepat Bank NTT pun merespons semangat ini dan kemudian hadir melayani masyarakat di Mukun. Ia juga menerobos berbagai keterbatasan untuk menghadirkan pembangkit listrik tenaga mikro-hidro (PLTMH). Martinus Rato Helmon juga merintis berbagai karya pengabdian lain di bidang kuliner, kesehatan, perkebunan, dan maritim.

Nursyda Syam menjadi tokoh muda yang peduli pada pengembangan budaya literasi di wilayahnya, Lombok Utara. Karyanya yang dimulai dengan kesederhaan dan keikhlasan melalui Klub Baca Perempuan dan Sekolah Alam Anak Negeri kini telah berkembang di sekitar 21 lokasi di Lombok. Klub Baca Perempuan kini tak ubahnya menjadi oase bagi ragam kebutuhan masyarakat, mulai dari pengembangan minat baca, pengembangan keterampilan hingga upaya perlindungan dan pemberdayaan korban-korban pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga.

Ia juga penulis yang andal dan berkat kemampuannya ini ia mampu menggerakkan begitu banyak relawan dari masyarakat untuk bergerak dan mengembangkan literasi di Lombok. Dalam mengembangkan budaya literasi, Nursyda berprinsip: semua orang adalah guru, alam raya adalah sekolah.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi