UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Biarawati menyelamatkan anak-anak dari eksploitasi

Oktober 6, 2016

Biarawati menyelamatkan anak-anak dari eksploitasi

 

Ketika ia berusia sembilan tahun, Puja Kachu bekerja sebagai penyapu; sekarang dia mengayunkan tongkat hoki. Pemain berusia 15 tahun itu adalah pekerja rumah tangga (PRT) sebelum menjadi juara taekwondo negara bagian Bengal.

“Anak-anak lainnya tidak beruntung seperti saya. Terima kasih Tuhan, saya berada di tangan yang aman,” kata Kachu, mengungkapkan bagaimana seorang biarawati Katolik membantu dia dari eksploitasi.

Pada usia sembilan tahun, ia bekerja sebagai PRT dengan sebuah keluarga di kota Kalimpong. Keluarga telah berjanji menyekolahkan dia, tetapi mereka melanggar kata-kata mereka.

“Aku tidak pernah menikmati pekerjaan. Majikan saya sering memarahi dan memukuli saya bahkan untuk masalah kecil,” kata gadis suku dari distrik Alipurduar.

Tugasnya termasuk menyiapkan makanan untuk anak-anak majikannya, menghantar mereka ke sekolah, mencuci pakaian dan piring, jika ada yang waktu tersisa, ia bekerja di kebun.

Untungnya, hidupnya sebagai PRT berlangsung kurang dari dua tahun sebelum Suster Subheshana Thapa bertemu dia tahun 2012. Suster Thapa, direktur Bal Suraksha Abhiyan (BSA, “Perlindungan Kampanye Hak Anak”), melakukan razia bersama polisi dan menyelamatkan dia.

“Keluarga Kachu ini sangat miskin. Orangtuanya berjuang setiap hari dan harus mendukung keluarga dengan tujuh anak,” kata biarawati dari Kongregasi Suster-suster St Yosef dari Cluny.

Dia menambahkan bahwa anak-anak dari keluarga miskin lebih mungkin untuk jatuh ke dalam pekerja anak.

1006e

Puja Kachu, korban pekerja anak, menjelaskan kisah hidupnya pada sebuah konferensi tentang hak-hak anak di New Delhi pada 23 September.

 

Bulan lalu, Kachu meraih medali perunggu dalam kompetisi taekwondo tingkat negara bagian.

“Keberaniannya mendukung kepribadiannya,” kata Suster Thapa, seraya menambahkan bahwa ia juga telah menerima pendidikan dan didanai oleh BSA.

BSA, yang telah berjuang menentang pekerja anak sejak tahun 2006, kini memiliki 256 anak di bawah asuhannya.

“Sejumlah anak menonjol di bidang hukum, ilmu pengetahuan, manajemen perhotelan dan teknik komputer,” kata suster itu.

Pendidikan dasar di kalangan anak-anak yang diselamatkan biasanya rendah, kata Suster Thapa.

Jadi, BSA bekerja sama dengan Caritas India, telah mendaftarkan anak-anak di sekolah-sekolah terbuka.

Meskipun India memiliki UU (Pelarangan) Buruh Anak dan Remaja, yang melarang mempekerjakan anak di bawah usia 14 tahun, praktek terus berlanjut.

Ada sekitar 5,7 juta pekerja anak di India berusia antara 5-17 tahun, demikian lapor International Labor Organization’s (ILO) 2015  tentang buruh anak. Mereka dipekerjakan di sektor pertanian, penenunan, restoran, toko dan hotel.

Pemerintah India telah mengubah UU pekerja anak pada Juli 2016 yang melarang mempekerjakan anak di bawah usia 14 tahun di segala sektor.

Amandemen itu juga meningkatkan hukuman penjara hingga dua tahun dan denda dari 20.000 rupee (300 dolar AS) menjadi 50.000 rupee (740 dolar AS).

Kemiskinan merupakan akar penyebab dari pekerja anak, kata Pastor Jaison Vadassery, dari Konferensi Waligereja India.

Para  gadis remaja yang dibawa dari daerah suku ke kota dengan dalih kesempatan kerja yang lebih baik, tetapi mereka dipekerjakan sebagai PRT dan dimanfaatkan, kata Mukti Prakash Tirkey, editor mingguan urusan suku yang diterbitkan di New Delhi.

Mekanisme yang lebih baik diperlukan untuk mengawasi migrasi para gadis remaja ke kota, kata Tirkey.

Sumber: ucanews.com

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi