Pemerintah Timor Leste meyambut baik rencana lembaga pendidikan Katolik untuk memprioritaskan pendidikan perdamaian di sekolah-sekolah Katolik guna memulihkan trauma sosial akibat bertahun-tahun konflik.
Luis Manuel Fernandes, Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan negara itu, mengatakan, negara harus mengusahakan cara-cara yang baik untuk menyadarkan orang muda.
“Ada sejumlah sekolah di Timor Leste di mana para siswa saling terlibat tawuran, bahkan siswa memukul guru mereka,” katanya.
Dalam mengatasi kekerasan tersebut, tahun 2014 Yayasan Cristal, sebuah lembaga pendidikan Katolik, mendirikan program pendidikan perdamaian di sekolah-sekolah. Tahun lalu lebih dari 53 guru dan 350 siswa didaftarkan untuk program tersebut.
“Menteri pendidikan mendukung inisiatif semacam ini,” kata Fernandes pada pembukaan kursus empat hari yang diadakan untuk para siswa dan guru pada 4 Oktober.
“Saya berharap bahwa para siswa dan guru mulai menyadari bahwa mereka adalah duta perdamaian.”
Charles Fatima Guterres, kepala sekolah, mengatakan bahwa dia telah meminta semua guru dan 175 siswa untuk mengikuti program ini “karena kami ingin membangun suasana damai dan harmonis di antara guru dan siswa.”
“Metode ini membantu guru dan siswa fokus pada membangun saling menghormati, cinta kepada orang lain, lingkungan, dan masyarakat,” katanya.
Melalui karya seni, para siswa mengembangkan kreativitas guna menghindari mereka dari kekerasan dalam keluarga atau masyarakat.
Melania Auxilia Perreira, siswa SMA Cristal, mengatakan bahwa kursus tiga bulan mengajarinya pentingnya dialog antara siswa, guru, orangtua dan elemen lainnya dalam masyarakat.
“Sangat penting bahwa sekolah-sekolah mengajarkan siswa bagaimana berdialog dengan orang lain,” katanya.
Pastor Manuel Pinto, direktur Pusat Pelatihan Profesional Don Bosco di Dili, mengatakan bahwa pendidikan perdamaian adalah penting bagi warga Timor Leste setelah bertahun-tahun terlibat dalam kekerasan.
Guru berperan penting dalam menabur damai, cinta dan hormat. Kalau mereka mengajar dengan kekerasan, para siswa akan menirunya.
“Saat ini ada banyak anak yang tidak menghormati dan bahkan mengancam orangtua mereka,” kata Pastor Pinto kepada ucanews.com, seraya menambahkan bahwa itu bukan hanya ancaman bagi keluarga mereka, tetapi untuk masyarakat dan Gereja.
Direktur Yayasan Cristal, Agostinho dos Santos Gonsalves, mengatakan pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia.
Demikian pula, Martinho da Costa, seorang psikolog dan dosen, menyambut baik setiap langkah yang diambil untuk memastikan pemuda Timor Leste menjauh dari kebencian dan kekerasan yang diwarisi dari sejarah kelam negara itu.
“Guru harus menunjukkan kasih sayang kepada para siswa,” katanya.
Sumber: ucanews.com