UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Yesuit melindungi masyarakat adat di India timur

Oktober 14, 2016

Yesuit melindungi masyarakat adat di India timur

Seorang wanita Paharia bersama anaknya membawa air di desa mereka.

 

Para pemimpin suku Paharia mengaku ketika mereka bertemu Pastor Chacko Anthony SJ yang membuat mereka mengetahui apa-apa tentang dunia di luar hutan.

“Dunia kami hanya hutan dan kami hidup dan mati di dalamnya serta tidak pernah memikirkan apa-apa di luar itu,” kata Gasi Paharia, kepala komunitas itu di desa Satia di bukit negara Jharkhand di India bagian timur.

Pastor Anthony mulai bekerja di antara masyarakat suku tiga dekade lalu. “Mereka adalah salah satu penduduk asli Jharkhand dan kini menghadapi kepunahan secara bertahap karena invasi dari luar,” kata Pastor Anthony.

Imam itu mengatakan tujuannya adalah menghubungkan mereka dengan dunia luar dan mempersiapkan mereka sehingga mereka mampu menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh dunia modern.

Ketika ia pertama datang ke daerah mereka tahun 1983 “mereka berlari ke puncak gunung dan bersembunyi di hutan,” katanya.

Sensus pemerintah India tahun 2011 tercatat sekitar 31.000 orang suku Paharia di Jharkhand, turun dari 100.000 orang tahun 1983, menurut Pastor Anthony.

Konsentrasi tertinggi mereka di Rajmahal Hills, sebuah pegunungan berhutan. Ketika Pastor Anthony pertama kali tiba di sana mereka “hampir tidak mengenakan pakaian apapun atau memiliki pengetahuan tentang dunia luar.”

Pastor Thomas Solomon SJ, yang juga bekerja dengan warga suku itu, sepakat bahwa ia merasa tersentuh dengan orang-orang di hutan itu.

“Banyak dari mereka meninggal akibat malaria, kolera, karena mereka tidak pernah mendapatkan batuan medis,” katanya.

Pastor Anthony mengatakan bahwa ketika mereka membahas ide memulai sekolah, orang-orang suku keberatan. “Kami hidup dan mati di sini di hutan ini,” kata mereka.

Namun, imam itu memilih tujuh anak dan mengajarkan mereka, tapi setelah beberapa kali mereka menolak untuk datang.

“Saya yakin bahwa tanpa pendidikan mereka tidak bisa diarahkan,” kata Pastor Anthony, seraya menambahkan bahwa ia “melakukan upaya lain dengan 14 anak dan secara bertahap usaha membuahkan hasil.”

Daud Malto, 40, adalah salah satu yang pertama di komunitas untuk mendapatkan pendidikan. Ia menyelesaikan kelas sepuluh dan ingin anaknya “memperoleh pendidikan yang lebih baik.”

1014b

Anak-anak suku Pahari pergi ke sekolah di desa Satia, distrik Pakur, negara bagian Jharkhand. 

 

Malto, mengenakan celana panjang dan kemeja, terlibat dalam memotong bambu untuk membuat pagar, pembibitan herbal di mana suku itu menanam tanaman obat-obatan tradisional mereka. Dia dipercayakan Pastor Anthony untuk memperkenalkan masyarakat cara berpakaian.

“Sebelumnya kami, termasuk perempuan, tidak mengenakan pakaian apapun,” kata Malto.

Pastor Anthony mengatakan suku Paharia berusia lebih pendek, antara 45 sampai 55 tahun dengan masa hidup maksimum 60 tahun. Umur pendek diyakini hasil dari pernikahan anak, penyakit dan kekurangan gizi, katanya.

Meski begitu, “Sebagian besar anggota masyarakat masih terus hidup di puncak bukit dan tidak mampu beradaptasi dengan kehidupan di luar hutan,” kata imam itu.

Dharma Parhari, seorang dukun suku itu, mengatakan bahwa ketika orang “dari luar mendekati kami lari ke hutan. Pengalaman mereka dengan pihak luar sangat tidak baik karena orang luar mengeksploitasi mereka, termasuk mengeksploitasi gadis-gadis muda mereka.”

Orang suku Paharia mudah berteman dan telah menjadi korban penipuan, kata Pastor Solomon.

Orang luar mengambil anak laki-laki dan anak-anak perempuan mereka untuk bekerja jauh dari rumah dan banyak kasus mereka akhirnya dilecehkan dan dieksploitasi.

Perkembangan modern juga mengancam kehidupan dan hutan mereka, demikian Pastor Solomon.

Ancaman terbesar “adalah tambang yang fokus pada daerah itu yang kaya dengan batubara, bauksit dan mineral. Kecuali pemerintah membuat upaya serius untuk melindungi habitat mereka,” katanya.

Sumber: ucanews.com

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi