UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Di NTT umat Kristen dan Islam saling bantu bangun masjid dan gereja

Nopember 9, 2016

Di NTT umat Kristen dan Islam saling bantu bangun masjid dan gereja

Warga Muslim dan Kristen di Desa Dulolong Barat, Kecamatan Alor Barat Laut, juga saling membantu pembangunan rumah ibadah.

 

Warga Muslim dan Kristen di Desa Dulolong Barat, Kecamatan Alor Barat Laut, juga saling membantu pembangunan rumah ibadah.

Kerukunan antarumat beragama di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah terjalin sejak berabad-abad yang lalu. Tak heran jika pemeluk Islam ikut membangun gereja dan warga beragama Kristen membantu mendirikan masjid. Bahkan di salah satu desa, ada gereja yang dibangun atas inisiatif warga Muslim.

Ya, bunyi lonceng gereja terdengar di penjuru Kampung Ilawe Desa Alila Timur, sejumlah warga tampak berjalan menuju gereja yang berada di tengah desa. Gereja itu bernama Ismail.

Tahukah anda kenapa geraja itu dinamakan Ismail? Padahal Ismail bukanlah nama yang ‘lazim’ untuk sebuah gereja. Tetapi menurut sesepuh kampung dan pengurus gereja, nama itu diambil dari orang Muslim yang mendirikan gereja tersebut.

Ahmad Karim Alen, sesepuh kampung yang diperkirakan berusia 100 tahun, masih ingat ketika gereja di bangun.

“Dulu itu mereka dari gunung pindah ke bawah karena tak ada air, jumlahnya sedikit saja, dan tak pernah ke gereja, karena tidak ada, maka dibangunlah gereja itu oleh keluarga Muslim,” kata Ahmad seperti dilansir sergapntt.com. 

Dia menjelaskan, warga di desa itu berasal dari satu keluarga, ketika agama masuk ke Alor, sebagian besar anggotanya memilih masuk Islam, sementara lainnya memeluk Kristen.

Awalnya pembangunan gereja tidak memenuhi syarat karena hanya ada empat kepala keluarga (KK) yang beragama Kristen, tetapi kemudian beberapa orang Islam mengajukan diri agar namanya dicantumkan dalam daftar tersebut.

“Umat Islam di sini berkeinginan membangun gereja di sini agar empat KK yang beragama Kristen bisa pergi gereja di sini, tetapi tidak masuk persyaratan untuk dimasukan ke wilayah kependetaan, jadi beberapa orang Muslim memasukan nama mereka ke dalam daftar yang mengajukan izin pembangunan gereja,” tegas penanggung jawab Gereja Ismail, Pendeta Mesak Lobanbil.

Salah satu yang mendukung pembangunan gereja adalah keluarga Imam Masjid Darul Falaq, Dahlan Lobang. Kakaknya Ismail yang melakukan pembangunan gereja, dan gereja kemudian diberi nama Ismail, ketika selesai dibangun pada tahun 1949 lalu.

Beberapa bagian gereja hancur ketika gempa besar terjadi di Alor pada tahun 1991 lalu, begitu pula dua masjid yang ada di Kampung Ilawe. Namun warga saling membantu membangun kembali dan merenovasi rumah ibadah yang rusak itu.

Selain di Kampung Ilawe, warga Muslim dan Kristen di Desa Dulolong Barat, kecamatan Alor Barat Laut, juga saling membantu pembangunan rumah ibadah.

Imam Masjid Sabili Salam, Sumirat mengatakan pembangunan gereja dilakukan bersama-sama tidak memandang agama. Begitu juga ketika membangun masjid.

“Kita bangun sama-sama, begitu pula renovasi yang dilakukan pada dua tahun lalu,” ujar Sumirat, seperti dilansir sergapntt.com.

Sekretaris Gereja Imanuel Folbo, Martinus Beka, mengatakan, kerukunan warga Muslim dan Kristen sudah terjalin sejak nenek moyang.

“Sudah dari dulu orangtua (ketika tinggal) di gunung sudah ada kerukunan. Muslim dan Kristen ini kan orang bersaudara dalam rumah, ketika kami orang di Alor ini mulai kenal beragam, yang sulung tetap di gunung jadi Kristen dan yang di pantai menjadi Muslim,” paparnya.

Martinus menjelaskan, warga juga saling membantu ketika ada perayaan agama Islam ataupun Kristen.

“Untuk gotong royong itu sudah budaya di sini, orang luar tak akan mengenali mana Kristen dan mana Islam, karena kami sudah seperti keluarga, saling membantu, jika ada kegiatan masjid yang mereka hanya terima tamu, kami yang siapkan, begitu pula sebaliknya, “ kata Martinus.

1109e

Warga Islam dan Kristen di Alor saling bantu bangun masjid dan gereja.

 

Hubungan kultural

Masyarakat di Kabupaten Alor terbagi dua, ada yang tinggal di pesisir pantai, ada juga di pegunungan. Sebagian besar yang berada di pinggir laut beragama Islam, sementara di pegunungan memeluk Kristen.

Kerukunan antaragama yang terjalin dalam masyarakat Alor merupakan bentuk hubungan kultural yang dibangun sebelum agama masuk.

“Hubugan umat beragama ini bukan merupakan hubungan yang formal tetapi sejak awal kultural, suatu hubungan bukan hanya berdasarkan agama di dalam dirinya tetapi suatu hubungan berdasarkan hidup manusia,” jelas Romo Geradus Duka, Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Kupang.

Tokoh agama Katolik yang berasal dari Alor ini, mengatakan, perbedaan agama dalam satu keluarga di kalangan masyarakat NTT merupakan hal yang biasa.

“Rasa saling memahami terbentuk mulai dari keluarga, termasuk di keluarga saya,” ucap Romo Geradus.

Tak heran, jika hari raya Idul fitri dan Natal merupakan perayaan bersama bagi semua kalangan masyarakat, jelas Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Kabupaten Alor, Muhamad Marhaban.

“Dalam pawai Ramadan semua masyarakat ikut terlibat tidak memadang agama, begitu pula ketika kita mengadakan MTQ, itu yang jadi panitia adalah saudara kita yang beragama Kristen,” imbuhnya.

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi