Para uskup dari Jepang dan Korea khawatir bahwa keputusan pemerintah Korea Selatan untuk menggelar sistem rudal anti-balistik AS dan dukungan politik Jepang mengancam perdamaian di Asia Timur Laut.
Pada pertemuan tahunan mereka, para uskup dari kedua negara tersebut membahas isu-isu terkait perang, perdamaian dan media serta berjanji meningkatkan kesadaran kepada umat mereka dan mendidik mereka tentang ajaran sosial Gereja.
Disponsori oleh Keuskupan Incheon, lebih dari 30 uskup dari kedua negara itu berkumpul untuk 22nd Korean-Japanese Bishops Exchange Meeting yang berlangsung pada 15-17 November di Songdo, Incheon, Korea Selatan.
Dalam pertemuan yang berjudul, “Threatening world peace: focusing on the war industry and media,” 19 uskup Korea dan 13 uskup Jepang memutuskan untuk bekerja sama dan mengingatkan umat Katolik tentang nasionalisme baru Jepang dan ancaman lain untuk perdamaian di kawasan itu.
Penempatan sistem rudal balistik THAAD (Terminal High Altitude Area Defense) Amerikat Serikat di Korea Selatan bagian tenggara telah dibahas oleh para uskup karena meningkatnya ketegangan dengan Korea Utara dan Tiongkok.
Para uskup juga mendengarkan ceramah dari para profesional media tentang industri media dan perang. Setelah itu, para uskup dibagi menjadi empat kelompok untuk membahas langkah-langkah konkret untuk menangani masalah ini.
Pertemuan merupakan tradisi tahunan bagi para pemimpin Gereja Katolik dari kedua negara itu.
Sumber: ucanews.com