- UCAN Indonesia - https://indonesia.ucanews.com -

Kardinal kecam serangan bom di gereja

 

Kardinal Orlando Quevedo, Uskup Agung Cotabato, Filipina mengecam aksi “terorisme” yang meledakan sebuah bom di luar gereja Katolik di kota Esperanza, Filipina selatan.

Uskup agung itu mengatakan pada 27 November bahwa bom itu “menodai tempat suci, hari suci, dan pelayanan suci yang baru saja dijalankan.”

Ledakan itu terjadi ketika orang-orang meninggalkan gereja setelah menghadiri Misa pagi untuk merayakan hari Minggu Adven pertama.

“Sebagai pemimpin Keuskupan Agung Cotabato, saya mengecam keras aksi terorisme yang tidak rasional,” kata Kardinal Quevedo dalam sebuah pernyataan.

Kardinal menjelaskan pemboman itu sebagai “serangan terhadap nyawa manusia tak berdosa (dan) serangan terhadap kebebasan beribadat.”

Kardinal Quevedo mengimbau pasukan keamanan “menyelidiki mereka yang bertanggung jawab dan membawa mereka ke pengadilan” serta meminta masyarakat untuk “berwaspada terhadap aksi terorisme.”

Setidaknya tiga umat dilaporkan mengalami luka-luka dalam ledakan yang mengejutkan warga kota Esperanza, Provinsi Sultan Kudarat.

Pihak berwenang mengatakan alat peledak itu diletakan di luar kompleks gereja di Desa Saliao.

Pos-pos pemeriksaan polisi dan militer telah dibentuk di seluruh provinsi itu. Pihak berwenang mengatakan pihaknya sedang melakukan pengejaran terhadap pelaku.

Kapten Arvin Encinas, urusan publik Divisi Infanteri VI/Militer, mengatakan pihaknya belum menentukan identitas kelompok di balik serangan itu

Namun, katanya, Pejuang Kemerdekaan Islam Bangsamoro bisa berada di balik serangan itu.

Kelompok ini telah disalahkan terkait sejumlah kekerasan, termasuk pemboman di wilayah Mindanao tengah.

“Kami menduga mereka terlibat, tapi penyelidikan masih terus berlangsung,” kata Encinas.

Sekitar 50 pejuang yang disebut kelompok teror Maute, beroperasi di Mindanao tengah, menyerang kota Butig, Provinsi Lanao del Sur pekan lalu.

Sekitar 300 anggota kelompok Maute telah bersumpah setia kepada ISIS dan mereka menjadi target operasi militer di Filipina selatan dalam beberapa bulan terakhir.

Sumber: ucanews.com [1]