UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Gambar wanita berjilbab, ormas tuntut UKDW turunkan reklame penerimaan mahasiswa baru

Desember 13, 2016

Gambar wanita berjilbab, ormas tuntut UKDW turunkan reklame penerimaan mahasiswa baru

Baliho milik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang juga menayangkan foto mahasiswi berjilbab di halaman kampus.

 

Ormas Islam yang mengatas-namakan diri Forum Umat Islam (FUI) DI Yogyakarta, memaksa Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta untuk menurunkan reklame pemerimaan mahasiswa baru yang menayangkan mahasiswi berbusana muslim.

Menanggapi itu, Rektor UKDW, Dr Henry Feriadi, Kamis (8/12) menggelar keterangan pers untuk menjelaskan kronologi peristiwa tersebut. Dikatakan, Henry Feriadi, kampusnya didatangi ormas pada Rabu (7/12), meminta agar baliho diturunkan, dengan alasan jilbab adalah simbol Islam, dan UKDW telah melakukan kebohongan publik.

“Kami menyanggupi, tetapi memang tidak bisa seketika dan ormas Islam memberi waktu satu kali 24 jam,” katanya, seperti dilansir Suarapembaruan.com.

Menurut Henry, UKDW memang memasang baliho serupa di lima titik. Dalam baliho tersebut memang menampilkan gambar tiga orang mahasiswi, salah satunya mengenakan jilbab.

“Ketiganya benar-benar mahasiswi kami, bahkan mereka berprestasi. Kami tidak memakai model, penayangan mahasiswi berjilbab itu menunjukkan bahwa kampus kami plural. Tidak sekadar marketing, ini benar-benar menampilkan kehidupan sehari-hari di kampus,” ucap Rektor UKDW.

Dikatakan, materi promosi itu, sudah melalui proses ketelitian dan tidak ada unsur paksaan dari pihak kampus. Bahkan menurutnya penayangan mahasiswi berjilbab tersebut merupakan simbol tidak adanya diskriminasi.

“Banyak mahasiswa dari berbagai macam agama di sini, bahkan mahasiswa Muslim di UKDW ada sekitar 7 persen dari jumlah 3.800 mahasiswa,” ujarnya.

Bahkan mata kuliah agama yang disampaikan di UKDW tidak berisi doktrinasi, namun justru menyajikan ruang dialog dari berbagai kepercayaan untuk saling mengenal.

“Kami perlu mengklarifikasi persolan tersebut karena sudah menjadi viral di media sosial dan ada pro-kontra. Kami menyatakan sikap resmi yang di antaranya adalah UKDW lahir dan didirikan untuk pendidikan bagi anak bangsa dengan segala keberagaman suku, agama, dan latar belakang budaya di Indonesia,” tegasnya.

Meski begitu, Henry mengakui adanya ancaman dari pihak ormas Islam, jika baliho promosi penerimaan mahasiswa baru itu tidak diturunkan, mereka akan mengerahkan massa yang lebih banyak.

“Untuk menghindari polemik itu, kami beritikat baik untuk menurunkan sendiri, dan tidak mengadukan kasus tersebut ke pihak Kepolisian,” ujarnya,

Terpisah, Rektor Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, Johanes Eka Priyatma juga mengakui kalau kampusnya disinggung-singgung dalam percakapan di media sosial tentang penayangan baliho yang juga menampilkan mahasiswi dengan jilbab.

Namun Eka Priyatma mengungkapkan tidak ada ormas manapun yang mendatangi kampusnya, bahkan jika ada pihak-pihak yang mempersoalkan hal yang sama, dirinya siap menerima kedatangan ormas dan siap berdiskusi.

Diakui bahwa USD juga menampilkan baliho dengan mahasiswi berjilbab, bahkan menurut Eka Priyatna, baliho tersebut berdiri di dalam halaman kampus sudah satu tahun lamannya.

“Itukan baliho lama dan posisinya di dalam teritori kampus, bahkan boleh dikatakan, kami yang duluan menampilkan foto mahasiswi dengan busana muslim tersebut,” ucapnya.

Rektor USD mengatakan bahwa sebagai lembaga pendidikan, harusnya bersifat general dan tidak mengkotak-kotakkan asal mahasiswa.

“Di kampus kami mahasiswa muslim malah 17 persen, dan kalau melihat dari asal daerah, bahkan sudah mencakup dari 33 provinsi. Hanya mahasiswa dari Provinsi Gorontalo saja yang belum pernah terdata di sini,” ujarnya.

Diakui Eka, pihaknya tidak akan menurunkan baliho yang menayangkan foto mahasiswi dengan busana muslim tersebut, apapun alasannya. “Kami konsisten pada keberagaman dan kebhinnekaan. Persoalan agama dan politik jangan dibawa-bawa ke ranah pendidikan. Dunia pendidikan harus bersih dari unsur tersebut, bahkan dalam mata kuliah agama pun kami menyajikan pilihan, yakni mata kuliah Etika atau Agama,” ujarnya.

Sementara itu, melalui siaran tertulisnya, Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI-P Dapil DIY, My Esti Wijayanti mengatakan, kejadian di Kampus UKDW telah bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, ke-bhinneka tunggal ika-an, dan mengkoyak Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan budaya. Hal itu akan berdampak pada kerukunan umat beragama dan kebebasan penyelengaraan pendidikan tinggi yang diatur oleh UU No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

Dan apa yang terjadi di UKDW, harus segera disikapi agar tidak menjadi preseden buruk bagi Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan, dan tidak menjadikan kekhawatiran bagi penyelenggara pendidikan khususnya pendidikan dibawah yayasan non-muslim di wilayah Yogyakarta dan seluruh Indonesia pada umumnya.

Terkait hal tersebut, Esti Wijayanti mendesak aparat penegak hukum dalam hal ini POLRI/POLDA DIY untuk menindak ulah sepihak kelompok ormas tersebut demi tegaknya Pancasila, UUD 1945 dan NKRI serta suasana ke-bhinneka tunggal ika-an dalam keberagaman sebagai warga bangsa.

“Aparat pemerintah dalam hal ini Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Hukum dan HAM untuk mengevaluasi kehadiran ormas yang anti Pancasila hadir ditengah- tengah masyarakat yang gandrung akan Persatuan Indonesia yang beragam dan damai,” ucapnya.

Kementerian Pendidikan Tinggi juga harus memberikan dukungan kepada lembaga penyelenggara pendidikan tinggi sesuai dengan UU No 12 tahun 2012, khususnya lembaga pendidikan tinggi yang dibawah yayasan non- muslim untuk tetap bekerja dan berkarya tanpa ada perasan takut dan tertinda

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi