UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Bantuan Gereja untuk korban gempa Aceh fokus pada ibu hamil dan bayi

Januari 6, 2017

Bantuan Gereja untuk korban gempa Aceh fokus pada ibu hamil dan bayi

Korban gempa di salah satu tenda di Desa Paya. (Foto: Anta Bungsu Rumpak)

 

Sejumlah lembaga Gereja terus berupaya menyalurkan bantuan untuk korban gempa di Provinsi Aceh, di mana mereka menyatakan fokus memberi bantuan untuk para ibu hamil dan bayi serta menyediakan rumah darurat.

Gempa 6,5 Skala Richter mengguncang provinsi mayoritas Muslim itu pada 7 Desember lalu, yang menimbulkan 104 orang tewas, 750 luka-luka dan lebih dari 85.000 kini mengungsi, demikian data terbaru dari Pemerintah Provinsi Aceh.

Sekitar 18.000 rumah dilaporkan rusak di tiga kabupaten – Pidie Jaya, Bireuen dan Pidi.

Pastor Paul Rahmat, direktur Vivat Internasional untuk Indonesia mengatakan kepada ucanews.com, 4 Januari, organisasinya, serta Karitas Indonesia dan Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Keuskupan Agung Medan telah menyalurkan bantuan logistik pada 27-30 Desember.

“Kami membawa bantuan berupa 19 kasur, 19 kelambu, 78 selimut dan 300 sarung. Bantuan itu dikumpulkan dari sejumlah tarekat religius dan umat Katolik di paroki-paroki,” katanya lewat telepon dari Aceh.

Kini, kata dia, mereka masih akan mengumpulkan bantuan lagi untuk tahap berikutnya, yang rencananya akan diserahkan pada pertengahan Januari ini.

“Dari hasil pantauan kami, yang sangat mendesak untuk dibantu adalah ibu-ibu hamil dan bayi, terutama yang berumur 0-11 bulan.

Ia menjelaskan, untuk sementara, mereka fokus memberi bantuan di enam desa yang terparah, di mana terdapat 2.842 jiwa dan di antaranya ada 34 ibu hamil serta 69 bayi yang umur 0-11 bulan.

“Ini kelompok rentan yang kita perhatikan,” katanya. “Kami menargetkan akan membagikan kelambu kelambu, sarung, kasur dan susu untuk bayi.”

Selain bantuan darurat, kata dia, mereka berencana akan membangun 159 unit rumah darurat, serta 32 unit MCK.

Untuk sementara, kata dia, program ini fokus di dua desa, yaitu Desa Tampui, Kecamatan Trieng Gading dan Desa Jijiem, Kecamatan Bandar Baru, dengan anggaran sekitar Rp 1 miliar.

“Rumah-rumah ini diharapakan bisa menjadi tempat tinggal sementara hingga nanti pembangunan rumah bantuan dari pemerintah selesai,” katanya.

Anta Bungsu Rumpak, aktivis dari Jaringan Relawan Kemanusiaan (JRK) yang sejak awal Desember tinggal dengan masyarakat setempat mengatakan, kini masyarakat masih memilih tinggal di tenda-tenda dari terpal.

“Mereka masih cemas untuk berada dalam rumah. Trauma masih ada,” katanya.

Ia menambahkan, hingga kini, gempa susulan masih sering terasa dan terjadi hingga beberapa kali dalam sehari, meski dengan skala kecil.

“Sampai saat ini masyakat belum bisa beraktivitas seperti biasa. Ibu-ibu terutama, ibu hamil masih dilanda kecemasan,” jelasnya.

Ia menjelaskan, bantuan seperti selimut dan kasur sangat mendesak.

“Kalau untuk makanan, kini masih tersedia,” jelasnya.

Sementara itu, Frans Dellian, Kepala Biro Humas Provinsi Aceh, mengatakan, pemerintah memperpanjang massa tanggap darurat gempa itu menjadi 90 hari hingga 20 Maret, setelah sebelumnya hanya 14 hari, yakni sampai pada 20 Desember.

Ia menjelaskan, mulai bulan ini, pemerintah akan membangun dan merehab beberapa rumah warga dan sarana publik yang rusak.

“Kita berharap pada para donatur dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk berkontribusi membantu proses pemulihan yang sedang berjalan,” katanya.

Ryan Dagur, Jakarta

Sumber: ucanews.com

 

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi