UCAN China ucanews.com
UCAN Indonesia

Uskup utamakan mengunjungi ribuan pengungsi di kamp kumuh

Januari 6, 2017

Uskup utamakan mengunjungi ribuan pengungsi di kamp kumuh

Anak-anak etnis Kachin berada di kamp pengungsian di sebuah wilayah yang dikontrol KIA, Myanmar bagian utara, perbatasan dengan Tiongkok.

 

Uskup Banmaw Mgr Raymond Sumlut Gam di Negara Bagian Kachin mengatakan ia tetap berkomitmen mengunjungi kamp-kamp kumuh di mana orang terlantar akibat perang, dan  mereka  telah tinggal di kamp tersebut selama lebih dari lima tahun.

“Saya memprioritaskan untuk mengunjungi kamp-kamp karena saya ingin menunjukkan solidaritas dengan mereka yang mengungsi bahwa Tuhan tidak meninggalkan domba-domba-Nya,” kata Uskup Gam dari etnis Kachin.

Pertempuran di Negara Bagian Kachin di antara Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) dan pasukan pemerintah telah memaksa lebih dari 100.000 orang mengungsi ke kamp-kamp. Perang saudara telah merambat ke negara bagian utara sejak Myanmar merdeka dari Inggris tahun 1948.

Mayoritas 1,7 juta warga di Negara Bagian Kachin adalah Kristen, termasuk 116.000 orang Katolik.

Berbicara kepada ucanews.com, Uskup Gam mengatakan bahwa sejak 2011 Gereja Katolik telah berperan dan tidak hanya melayani dukungan spiritual, tetapi juga bantuan kemanusiaan kepada orang-orang di kamp-kamp. Uskup Gam adalah ketua Karuna Myanmar, Pelayanan Sosial (Caritas Myanmar).

“Karuna telah berusaha menyediakan makanan dan non-makanan terlepas dari berkurangnya dana dan bantuan meskipun blokade diberlakukan oleh militer di beberapa daerah,” kata Uskup Gam.

Beberapa kamp di daerah yang dikuasai pemerintah, Gereja tidak bisa menyalurkan bantuan selama lebih dari dua bulan.

Berbicara tentang pembatasan bantuan, Uskup Gam mengatakan, “Meskipun kami telah berupaya berkonsultasi dengan militer, mereka tidak akan bernegosiasi.”

Menurut Uskup Gam, para pengungsi ingin kembali ke rumah mereka.

“Pertempuran sengit di Negara Bagian Kachin dan Negara Bagian Shan bukanlah pertanda baik untuk prospek perdamaian. Perang ini bisa menunda proses perdamaian dan menghilangkan kepercayaan di antara militer dan kelompok etnis bersenjata,” kata Uskup Gam.

“Masyarakat Etnis memiliki sedikit kepercayaan kepada militer, dan curiga terhadap pemerintah, karena pihaknya gagal menghentikan pertempuran di daerah etnis.”

Pemerintah Aung San Suu Kyi telah berjanji untuk mengakhiri permusuhan di seluruh negeri itu dengan mengutamakan perdamaian dan rekonsiliasi.

Uskup Gam menegaskan bahwa, “rekonsiliasi nasional harus komprehensif.” Ini harus dilakukan bukan hanya antara pemerintah dan militer, tetapi juga antara pemerintah dan kelompok-kelompok etnis bersenjata.

Orang-orang di kamp memiliki “sedikit harapan” untuk perdamaian dan kecewa dengan Aung San Suu Kyi bersikap diam dengan konflik tersebut.

“Saya akan mendorong orang-orang di kamp-kamp tidak kehilangan harapan dan terus berdoa,” kata Uskup Gam.

Sumber: ucanews.com

 

Jangan lewatkan

Dapatkan info terbaru secara gratis lewat newsletter UCAN Indonesia disini

Podcasts
Donation
© UCAN Indonesia 2024. | Kontak | Tentang | Syarat dan Ketentuan | Privasi