- UCAN Indonesia - https://indonesia.ucanews.com -

Akstivis HAM mencari keadilan untuk pembunuhan imam Tamil

 

Para aktivis hak asasi manusia (HAM) Sri Lanka telah mendesak pemerintah memperbaharui penyelidikan pembunuhan seorang imam Katolik dan para aktivis oleh militer tahun 1985.

Pastor Mary Bastian, seorang etnis Tamil, ditembak dan dibunuh di Gereja St. Anna di Vankalai selama tahap awal perang saudara selama tiga dekade.

Pastor Bastian adalah seorang pembela hak-hak etnis Tamil yang vokal yang menjadi sasaran penindasan militer setelah pemberontak Tamil mulai memerangi pemerintah Sinhala untuk sebuah negara terpisah.

Tiga hari setelah pembunuhan imam itu, para pejabat pemerintah mengumumkan mereka tidak bisa menemukan jenazahnya, tapi mengatakan mereka menemukan amunisi di gereja dan para pemberontak telah menggunakan gedung gereja sebagai basis.

Saksi mata setempat telah menentang klaim pemerintah terkait berbagai peristiwa dan mengatakan bahwa pasukan pemerintah mengepung gereja itu pada malam 5 Januari 1985 dan sengaja membunuh imam itu.

Seorang wanita Tamil lansia memberi kesaksian kepada polisi mengatakan dia telah melihat militer membawa jenazah Pastor Bastian, masih berjubah, sementara ia bersembunyi bersama orang lain di dalam gereja itu.

Ruki Fernando, seorang aktivis HAM, mengatakan Pastor Bastian dibunuh karena menentang pelanggaran HAM dan ketidakadilan.

“Belum ada akuntabilitas atau keadilan,” kata Fernando, anggota dari Komisi Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan Konferensi Superior Religius Sri Lanka.

“Ketika Sri Lanka meluncurkan Komisi Kebenaran dan Orang Hilang dan Mekanisme Pengadilan Khusus tahun ini, sangat penting bahwa para pemimpin Gereja dan umat Katolik mendorong kebenaran dan keadilan bagi imam ini serta semua warga Sri Lanka lainnya yang telah tewas, hilang dan haknya telah dilanggar,” kata Fernando.

“Dia termasuk sejumlah imam Katolik lainnya yang tewas atau hilang di Sri Lanka untuk pelayanan kemanusiaan dan aktivisme hak asasi manusia,” katanya.

Tahun 1982 Pastor Bastian menulis kepada Konferensi Waligereja Sri Lanka tentang pengalamannya bersama penduduk Tamil yang menderita. Dia meminta Gereja mengambil tindakan dan tidak membatasi diri pada pelayanan pemakaman untuk orang mati.

Dalam pelayanan publik Pastor Bastian dikenal baik pihak berwenang. Dia adalah anggota Komisi Presiden terkait pembantaian warga sipil Tamil di kota Mannar dan warga dipukuli oleh tentara pemerintah di Murunkan pada Desember 1984.

Sebastian Pillai, seorang guru dari Keuskupan Mannar, mengatakan bahwa setelah 32 tahun, pemerintah berturut-turut telah gagal mengungkapkan kebenaran tentang apa yang terjadi dengan imam ini.

“Kami mengenang dia setiap tahun dan bahkan tanpa jenazah dan makam,” kata Pillai.

“Kebenaran belum terungkap dan belum ada pembicaraan pemerintah terkait rekonsiliasi,” kata Pillai.

Sumber: ucanews.com [1]